BANDUNG,TM.ID: Serangan udara Isarel yang berlangsung di bagian barat Khan Younis, Gaza, Palestina mengakibatkan dua jurnalis meninggal dunia. Mustafa Thuraya dan Hamza Dahdouh (27) meninggal dunia saat kendaran yang ditumpanginya di dekat al-Mawasi, daerah yang seharusnya aman di arah barat daya, dihantam rudal.
Hamzah dan Mustafa menjadi sasaran serangan rudal saat mencoba mewawancarai warga sipil yang kehilangan tempat tinggal akibat pemboman sebelumnya.
Sebanyak 109 jurnalis Palestina meregang nyawa sejak perang yang terjadi Oktober 2023 lalu. Hal ini merupakan jumlah terbanyak yang tercatat dalam sejarah peperangan di seluruh belahan dunia.
Pekerja pers yang seharusnya menyampaikan pesan pada dunia tentang kondisi di Gaza, malah menjadi sasaran pembunuhan tentara bengis Israel.
BACA JUGA: Rumah Sakit Indonesia di Gaza Terkepung Zionis Israel
Bagi Israel, melayangnya nyawa jurnalis bukan suatu hal yang penting, apalagi nyawa rakyat Palestina. Jika di Indonesia ada wartawan asing yang meninggal, pasti negara ini akan jadi sorotan dunia. Tapi, dunia seketika bisu saat 109 jurnalis Palestina meregang nyawa ditangan pasukan bengis Israel.
Kantor Berita Al Quds TV menyebutkan bahwa, Israel memang sengaja membunuh jurnalis Palestina. Tujuannya untuk membungkam narasi soal Palestina dan menyembuyikan kebenaran dan mencegah penyampaian berita.
Dibandingkan perang Rusia dan Ukraina, jumlah jurnalis yang tewas di Palestina jauh lebih banyak.
Perang di Ukraina terjadi pada Februari 2022, dan nyaris berlangsung selama dua tahun, jumlah jurnalis yang meninggal sebanyak 32 orang. Sementara, perang di Gaza baru berlangsung sebentar sudah menewaskan 109 jurnalis Palestina.
Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) menyebutkan bahwa, sepanjang 2023 sebanyak 94 jurnalis terbunuh di seluruh dunia saat melakukan pekerjaan jurnalistrik. Dari jumlah tersebut, angka kematian jurnalis akibat perang di Gaza lebih banyak dalam waktu 30 tahun.
(Kaje/Usk)