BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pura Giri Natha, Semarang, Jawa Tengah, sukses menggelar pagelaran seni “Gelegar Tahun Baru” pada Selasa malam (31/12/2024). Salah satu penampilan yang memukau adalah Tari Genjek khas Bali, yang dibawakan oleh puluhan seniman dari berbagai generasi.
Pagelaran seni lintas budaya ini merupakan kolaborasi antara Pura Giri Natha dan Pemerintah Kota Semarang. Acara yang bertema “Nguri-Nguri Budaya” ini bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada generasi muda, sekaligus merayakan pergantian tahun.
Tari Genjek Bali, dengan gerakannya yang dinamis dan irama musiknya yang khas, berhasil memikat para penonton. Penampilan tersebut menjadi salah satu highlight dari perayaan malam tahun baru di Semarang.
Sejarah Tari Genjek Bali
Tari Genjek, sebuah kesenian unik dari Bali, memiliki sejarah yang menarik. Awalnya, tari ini muncul dari kebiasaan minum-minum beralkohol di kalangan masyarakat tertentu.
Dalam keadaan mabuk, mereka mulai bernyanyi secara spontan, suara-suara itu saling bersahutan layaknya rap, dengan vokal yang dominan.
Liriknya sederhana, seringkali hanya berupa pengulangan kata seperti “cak” dan “pung”, sehingga tari ini juga dikenal sebagai “mecakepung”.
Irama musiknya yang naik-turun seperti memompa adrenalin, mendorong para peserta untuk menari di tengah lingkaran yang mereka bentuk.
Keberanian menjadi modal utama, bukan kemampuan menari yang sempurna. Yang penting adalah semarak, meriah, dan menyenangkan.
Tari Genjek sering dijumpai di perayaan-perayaan seperti pernikahan dan upacara adat, bahkan dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari beberapa hajatan di wilayah tertentu di Bali.
Minuman beralkohol yang terjangkau dan mudah didapat, terutama di Bali Timur, semakin menambah semarak pesta.
Wisatawan asing yang berkunjung ke daerah wisata seperti Amed, Tulamben, dan Padangbai, bahkan seringkali ikut berbaur dan menikmati tradisi ini.
BACA JUGA : 5 Alat Musik Tradisional Indonesia yang Hampir Punah, Lestarikan Warisan Budaya!
Namun, seiring perkembangan zaman, Tari Genjek berevolusi. Untuk memenuhi kebutuhan pertunjukan, pementasan tari Genjek kini tidak lagi mengharuskan para penarinya untuk mabuk terlebih dahulu.
Mereka tampil dengan busana yang rapi dan indah, irama musik yang lebih terarah, dan seringkali diiringi alat musik. Peran perempuan sebagai penyanyi pun semakin penting, menciptakan harmoni vokal yang lebih kompleks.
Tari Genjek modern telah meninggalkan unsur spontanitas yang kacau dan menampilkan estetika yang lebih tinggi, sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan. Bahkan, lagu-lagu Genjek kini sering digunakan untuk mengiringi tarian lain seperti Joged Bungbung dan pementasan wayang.
Kreativitas masyarakat Bali dalam mengubah elemen negatif menjadi positif terlihat jelas dalam evolusi Tari Genjek. Dari tradisi minum-minum yang spontan, kini telah menjadi sebuah kesenian yang profesional dan layak menjadi bagian dari atraksi wisata Bali.
(Hafidah Rismayanti/Aak)