BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Melalui kementrian Agama (Kemenag) pemerintah mewacanakan libur sekolah penuh selama bulan Ramadhan. Meski belum ada keputusan final, wacana ini telah mendapatkan tanggapan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Salah satu tanggapan datang dari anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief Muhammad Alaydrus yang menilai rencana tersebut sebagai langkah positif, asalkan dirumuskan dengan matang.
Dorongan untuk Matangkan Rencana Libur Ramadhan
Habib Syarief mengapresiasi tujuan libur sekolah selama Ramadhan, yaitu memberikan kesempatan siswa untuk fokus beribadah dan memperdalam ilmu agama. Namun, ia menekankan perlunya diskusi mendalam antara Kemenag dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) agar program tersebut dapat dijalankan dengan efektif.
“Tujuan libur selama Ramadhan sangat baik, tetapi formatnya harus dirumuskan dengan jelas. Apakah seluruh kegiatan sekolah diliburkan, atau pembelajaran formal diganti dengan kegiatan keagamaan? Ini perlu dijawab agar tidak membingungkan sekolah dan orang tua,” jelas Syarief, melansir laman DPR, Kamis (9/1/2025).
Habib Syarief juga menyoroti tantangan yang mungkin dihadapi orang tua, terutama jika mereka bekerja. Ia khawatir anak-anak yang hanya berada di rumah akan cepat bosan dan terlalu banyak menggunakan gawai. Menurutnya, kecanduan gawai sudah menjadi masalah serius di kalangan anak-anak, dan Ramadhan seharusnya menjadi momen untuk mengurangi ketergantungan ini.
Ia mengusulkan agar setiap sekolah menyusun program Ramadhan seperti pesantren kilat. Sekolah dapat bekerja sama dengan masjid setempat untuk mengadakan kegiatan keagamaan yang terstruktur.
“Kegiatan Ramadhan ini harus dirumuskan dengan baik agar sekolah dan madrasah siap menyambutnya,” tambahnya.
Pentingnya Kajian Mendalam terhadap Wacana Libur
Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI lainnya, Ledia Hanifa Amaliah menilai perlunya analisis menyeluruh terkait sisi positif dan negatif dari wacana libur sekolah selama Ramadhan. Ia mengingatkan jika libur sebulan penuh diterapkan, perlu ada penugasan yang jelas untuk siswa.
“Kalau kita ingin meliburkan selama satu bulan, harus ada target penugasan yang jelas. Jangan sampai liburan justru menjadi momen yang kurang produktif,” ujarnya.
Ledia juga menyebutkan pembelajaran selama Ramadhan biasanya hanya efektif pada dua pekan pertama. Setelah itu, kegiatan belajar mengajar mulai terganggu oleh persiapan Idulfitri. Ia mengusulkan alternatif berupa variasi kegiatan seperti pesantren kilat atau kombinasi pembelajaran akademis dan kegiatan ibadah.
BACA JUGA: Cek Fakta: DPR Dukung Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan
Ledia menyampaikan kebijakan mengenai libur Ramadhan sebaiknya mempertimbangkan kebutuhan setiap sekolah. Ia berpendapat pemerintah perlu memberikan panduan umum, sedangkan pelaksanaannya diserahkan pada kreativitas masing-masing sekolah. Menurutnya, yang paling penting adalah merancang target yang ingin dicapai selama Ramadhan secara proporsional.
(Virdiya/Usk)