BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menunda pengenaan tarif impor baru di samut baik Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Diketahui, Trump memberikan jeda hingga 90 hari untuk menerapkan tarif perdagangan tinggi ke puluhan negara, kecuali Cina.
Sri Mulyani mengatakan penundaan itu memberikan waktu untuk membahas solusi dalam menghadapi dampak kebijakan tersebut. Bendahara Negara ini mengatakan Indonesia akan menggunakan jeda tersebut untuk menghasilkan kerangka kerja sama yang saling dihormati oleh negara-negara lain.
Selain itu, pemerintah akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk meningkatkan ketahanan kawasan Asia Tenggara.
BACA JUGA:
Sikapi Kebijakan Tarif Resiprokal AS, Menpar: Optimalkan Sektor Pariwisata
Prabowo Segera Bertolak ke Malaysia Temui PM Anwar, soal Tarif Resiprokal AS?
“Kami terus bersikap sangat hati-hati. Pengeluaran harus dibuat lebih efisien, tepat sasaran, dan efektif dalam mendukung pertumbuhan di sisi moneter,” katanya di sela-sela pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN di Malaysia, dikutip dari Reuters melalui katadata, Jumat (11/4/225).
Sri Mulyani berpendapat keputusan Trump bisa memberikan kesempatan untuk mengurangi atau menghindari risiko penurunan pertumbuhan ekonomi. Tarif impor baru untuk produk Indonesia ke AS sebesar 32% diproyeksikan dapat mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi.
“Situasi terkini diperkirakan, sebelum ditunda, dapat mengurangi potensi pertumbuhan kita antara 0,3% dari PDB hingga 0,5%,” ujar Sri Mulyani.
Padahal Menurut Sri, Pemerintah sudah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 5,2% pada tahun ini. Angka ini lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 yang mencapai 5,03%. Presiden Prabowo Subianto bahkan berambisi mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029.
Lebih lanjut djelaskan Sri Indonesia tengah mengupayakan kuota impor AS lebih tinggi, pemotongan pajak, dan proses impor yang lebih mudah untuk menghindari tarif tinggi dari AS.
(Usk)