BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ikatan Mahasiswa Elektro (IME) Universitas Airlangga (UNAIR) memperkenalkan teknologi pengering hasil panen berbasis energi surya yang diberi nama Solar Harvest ke Desa Wangkal Kepuh, Kabupaten Jombang.
Inovasi ini hadir sebagai jawaban atas persoalan minimnya sinar matahari selama proses pascapanen, terutama saat musim hujan. Program ini merupakan bagian dari Call for Pengmas SDGs Center UNAIR 2025 yang menargetkan solusi berbasis teknologi untuk pemberdayaan masyarakat desa.
Inovasi Pengering Panen Berbasis Energi Terbarukan
Selama satu hari penuh, para mahasiswa terlibat langsung bersama warga dalam kegiatan panen dan pemasangan alat Solar Harvest. Alat ini dirancang khusus untuk mengatasi tantangan pengeringan hasil panen, terutama di daerah yang sering mengalami cuaca mendung dan curah hujan tinggi.
“Desa Wangkal Kepuh kami pilih karena mayoritas penduduknya adalah petani dan sering menghadapi kendala dalam proses pengeringan. Alat ini diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut,” ujar Kepala Departemen Pengabdian Masyarakat IME UNAIR, Alfananda Ardiansyah, melansir laman Unair.
Teknologi Solar Harvest bekerja dengan memanfaatkan efek rumah kaca yang dikombinasikan dengan pemanas (heater) dan kipas untuk sirkulasi udara. Rancangannya memungkinkan proses pengeringan tetap optimal meski sinar matahari minim.
“Alat ini tertutup rapat, mampu menyimpan panas lebih lama, dan tetap bekerja meski cuaca tidak mendukung,” tambahnya.
Dampak Positif dan Potensi Replikasi
Berbeda dari pengabdian pada umumnya, program ini tak hanya fokus pada kegiatan sosial, namun juga membawa solusi teknologi tepat guna yang dirancang langsung oleh mahasiswa.
“Kami membuat alat ini dari nol, bukan hanya datang untuk membantu panen, tapi juga membawa inovasi,” jelas Alfananda.
Solar Harvest mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya SDGs 7 tentang energi bersih dan terjangkau serta SDGs 9 mengenai inovasi dan infrastruktur berkelanjutan. Selain ramah lingkungan, alat ini juga efisien dan dapat dirakit dengan komponen lokal.
“Alat ini sangat membantu, terutama saat musim hujan. Pengeringan jadi lebih cepat dan bersih. Karena menggunakan tenaga surya, kami juga bisa hemat listrik,” kata perangkat Desa Wangkal Kepuh, Susatyo.
Baca Juga:
Shredtics, Inovasi Mahasiswa UM: Alat Cacah Plastik Portabel Ramah Lingkungan
Fluviotion: Inovasi Mahasiswa ITB Atasi Krisis Air Bersih di Garut
IME UNAIR berharap alat ini dapat direplikasi di berbagai wilayah pertanian di Indonesia untuk mendorong modernisasi proses pascapanen secara murah, efisien, dan berkelanjutan. Dengan pendekatan berbasis teknologi ramah lingkungan, Solar Harvest menjadi langkah nyata mahasiswa dalam mendukung kemajuan sektor pertanian nasional.
(Virdiya/Aak)