BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu tarian tradisional yang masih menunjukkan eksistensinya sampai saat ini. Tari Topeng Cirebon ini ternyata memiliki banyak jenis dan karakteristiknya masing-masing.
Sejarah Singkat Tari Topeng Cirebon
Mengutip batiqa.com Tari topeng sendiri sudah berkembang sejak abad 10 hingga 16 masehi di Jawa Timur, kemudia menyebar ke daerah lain termasuk Cirebon pada masa Kerajaan Jenggala melalui seniman jalanan sebagai perantara awal.
Mengkutip dari Ejurnal Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung, Lasmiyati dalam penelitiannya yang berjudul “Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tari Topeng Cirebon Abad XV – XX” perkembang Tari Topeng Cirebon tidak luput dari pengaruh penyebaran agama islam pada masa Sunan Gunung Djati.
Sunan Gunung Djati mendapatkan perlawanan perang dari Pangeran Welang dalam menyebarkan agama islam. Pangeran Welang disebut memiliki kesaktian yang didapatkannya dari pusaka Curug Sewu.
Dikarenakan Pusaka Curug Sewu yang sulit dikalahkan, akhirnya Sunan Gunung Djati menggunakan jalur kesenian dengan membuat yang berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya.
Nyi Mas Gandasari merupakan Wanita yang ditunjuk oleh Sunan Gunung Djati pada saat itu untuk menjadi penari primadona, ia diperintahkan untuk memakai topeng atau biasa di sebut kedok.
Pangeran Welang yang mendengar berita mengenai pertunjukan tersebut ikut menyaksikan, ia terpesona oleh keanggunan Nyi Mas Gandasari.
Tanpa berpikir panjang Pangeran Welang meminang Nyi mas Gandasari untuk dijadikan istri, tetapi Nyi Mas Gandasari akan menerima pinangan tersebut dengan syarat Pangeran Welang harus menyerahkan Pustaka Curug Sewu.
Dengan itu Pangeran Welang menyerah dan segera memenuhi persyaratan memberikan Pustaka Curug Sewu kepada Sunan Gunung Djati dan ia pula ikut memasuki agama islam.
Mengkutip dari indonesiakaya.com pada awalnya tari topeng merupakan kesenian keraton tetapi seiring dengan berjalannya Waktu para raja Cirebon sudah tidak memiliki kecukupan dana.
Dengan itu para penari dan penabuh gamelan mencari sumber pencaharian lain di laur keraton, tari topeng lebih menyebar dan menjadi kesenian rakyat Cirebon.
Sejak saat itu tari topeng Cirebon mengalami pengembangan dengan munculnya dua tipologi.
Pertama merupakan tari topeng Cirebon yang berasal dari wilayah barat seperti Gegesik, Slangit, Palimanan di Kabupaten Cirebon, Pekandangan dan Tambi di Kabupaten Indramayu, Bongas di Kabupaten Majalengka. Kedua, tari topeng Cirebon pada wilayah timur, yaitu Losari.
BACA JUGA
Makna Tari Topeng Cirebon
Tari Topeng Cirebon sendiri memiliki makna yang mendalam, terutama pada setiap jenis karakter topeng yang tergambarkan.
1.Topeng Panji
Mengkutip dari detik.com topeng panji memiliki makna sebagai fase manusia yang baru saja terlahir di dunia dalam kondisi bersih dan suci. Tarian topeng Panji biasanya memiliki Gerakan yang halus dan perlahan.
2. Topeng Samba
Topeng samba menggambarkan fase manusia pada masa kanak-kanak yang memiliki kecerian dan kelincahan. Gerakan tarian tersebut juga terkesan centil dan ceria.
3. Topeng Rumyang
Topeng rumyan menggambarkan fase manusia yang mulai beranjak remaja, tarian ini memiliki gerakan khas yaitu terkesan tegas dan lincah tetapi memiliki sisi labil dengan adanya pengulangan beberapa Gerakan.
4. Topeng Tumenggung
Topeng Tumenggung merupakan istilah dari tinggkatan paling tinggi pada kerajaan, yang menggambarkan sosok ke dewasaan pada manusia dengan ketegasan dan kedewasaan. Gerakan yang diperlihatkan terkesan ketenangan, dan juga kegagahan.
5. Topeng Kelana atau Rahwana
Topeng Kelana atau sering juga disebut Rahwana ini merupakan puncak dari fase kehidupan manusia, yaitu fase dewasa dimana amarah dan keserakahan mendominasi. Gerakan tarian tersebut juga terkesan menggambarkan seseorang yang sedang marah.
“Tari topeng Cirebon memiliki eksistensi yang besar, terutama pada sekolah-sekolah atau perguruan tinggi kesenian. Gaya Slangit merupakan salah satu gaya yang paling popular dan dikenalkan di daerah Bandung” kata Laras Yoseph Iskandar, salah satu praktisi seni tari muda di Bandung, kepada Teropong Media.
(Magang UKRI-Andari/Aak)