JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID – Peristiwa G30S/PKI 1965 menjadi salah satu babak kelam dalam sejarah Indonesia. Namun setelah peristiwa itu, pengaruh PKI tidak serta-merta hilang. Sejumlah simpatisan dan anggota partai masih melakukan gerakan bawah tanah di berbagai daerah, terutama di kawasan pedesaan dan pegunungan.
Untuk menumpas sisa-sisa gerakan tersebut, pemerintah Indonesia melancarkan sebuah operasi militer besar pada tahun 1968 yang dikenal dengan Operasi Trisula.
Awal Mula Operasi Trisula
Berdasarkan catatan dalam buku 40 Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia: Masa Pembangunan dan Pemantapan ABRI (1965-1985), Operasi Trisula dilaksanakan di wilayah Blitar Selatan, Jawa Timur. Daerah tersebut kala itu dianggap sebagai basis terakhir pertahanan PKI.
Blitar dipilih karena memiliki kondisi geografis yang mendukung strategi gerilya yakni perbukitan, pegunungan, dan hutan lebat yang sulit dijangkau aparat. Sisa-sisa anggota PKI yang lolos dari penangkapan pasca-G30S memilih bertahan di lokasi tersebut.
Operasi Trisula resmi dimulai pada Juni 1968. Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang saat itu masih bernama Tentara Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), menerjunkan pasukan dalam jumlah besar untuk menyisir wilayah pegunungan dan hutan di Blitar Selatan.
Dalam fase awal operasi, sekitar 4.000 orang berhasil ditangkap. Selain itu, ditemukan pula delapan orang anggota Gerilya Desa serta dua orang anggota Detasemen Gerilya PKI Gaya Baru yang beroperasi di kawasan tersebut.
Beberapa tokoh PKI yang bersembunyi juga berhasil dilumpuhkan. Di antaranya adalah Oloan Hutapea yang tewas di kawasan Gunung Asem, Kecamatan Panggungrejo, serta Soerachman yang terbunuh di hutan Desa Maron.
Baca Juga:
Menguak Fakta Kenapa Soeharto Tidak Diculik Saat G30S/PKI
Sejarah Berdirinya Gerwani, Organisasi Feminis Indonesia yang Dikaitkan G30SPKI
Sebanyak 850 orang ditangkap
Operasi Trisula berlangsung sekitar dua bulan. Pada 9 Agustus 1968, Panglima Kodam VIII/Brawijaya, Mayjen M. Yasin, menyampaikan laporan hasil operasi.
Dalam laporan tersebut disebutkan, sebanyak 850 orang berhasil ditangkap. Selain itu, TNI juga menyita 37 pucuk senjata api dan 4 granat dari tangan gerilyawan.
Menjelang akhir 1968, sebagian besar jaringan bawah tanah PKI di Blitar Selatan berhasil dilumpuhkan. Operasi Trisula dianggap sukses karena mampu mengakhiri konsentrasi kekuatan PKI di wilayah tersebut.
Warisan Sejarah
Operasi Trisula menjadi salah satu catatan penting dalam upaya pemerintah menumpas pengaruh PKI pasca-G30S. Meski menyisakan kontroversi dalam sejarah politik Indonesia, operasi ini menegaskan strategi militer TNI dalam menghadapi gerakan bawah tanah yang dianggap membahayakan stabilitas negara.
Hingga kini, kisah Operasi Trisula masih menjadi bahan kajian sejarawan, terutama terkait dampaknya terhadap dinamika politik, keamanan, dan sosial di Indonesia pada masa transisi Orde Baru.
(Dist)