BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kerajinan Gerabah, barang yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, kerajinan ini ada sejak ribuan tahun lalu.
Dari wadah sederhana untuk menyimpan air hingga karya seni yang rumit, gerabah telah menorehkan jejak sejarah yang panjang dan kaya.
Perjalanan gerabah dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu, tepatnya pada masa Revolusi Neolitik. Saat itu, gaya hidup berburu dan meramu bergeser menjadi bertani dan bercocok tanam.
Gerabah tercipta karena kebutuhan manusia akan wadah air yang ringan dan praktis untuk menyirami tanaman.
Orang Yunani kemudian berinovasi dengan menambahkan ukiran dan lukisan pada gerabah. Para pengrajin saat itu mengabadikan karakter dari mitologi Yunani pada gerabah, menjadikan gerabah sebagai bentuk seni dan simbol budaya.
Yang menarik, pembuatan gerabah di berbagai tempat di dunia dilakukan secara spontan, tanpa meniru pembuatan gerabah di daerah lain. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam berkembang secara mandiri di berbagai wilayah.
Perkembangan Pembuatan Gerabah
Tidak diketahui secara pasti kapan roda pembuat gerabah muncul, namun penemuan ini menjadi perkembangan penting dalam pembuatan gerabah.
Sekitar 3000 tahun sebelum masehi, pada awal Zaman Perunggu, pembuatan gerabah menggunakan roda lambat. Pada abad berikutnya, sebagian besar pembuat gerabah di Eropa dan Asia menggunakan roda cepat dalam pembuatannya.
Awalnya, gerabah dibakar di api terbuka. Namun, pada masa-masa awal era Neolitik, oven khusus untuk membuat gerabah diciptakan.
Di Tiongkok Kuno, pembakaran gerabah membutuhkan suhu 1.300-1.400 derajat celsius, bahkan lebih tinggi dari itu.
Pembakaran dengan suhu setinggi itu memungkinkan komponen mineral dari tanah liat meleleh dan menghasilkan jenis keramik putih yang tipis, yang kini dikenal sebagai porselen.
Gerabah di Indonesia
Di Indonesia, gerabah telah dikenal sejak zaman Neolithikum pada 2500-1000 tahun sebelum masehi.
Peninggalan ini merupakan pengaruh dari imigran dari Asia Tenggara, seperti yang terlihat dari ditemukannya pecahan tembikar yang berhiaskan anyaman di Pantai Selatan Jawa, Yogyakarta, dan Pacitan.
Salah satu pusat penjualan gerabah di Indonesia terdapat di Desa Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kerajinan gerabah yang dijual di Desa Kasongan sangat bervariasi, mulai dari barang-barang unik berukuran kecil untuk souvenir dan hiasan, hingga interior seperti lampu hias, patung, meja, kursi, dan lain-lain.
BACA JUGA : Luar Biasa, Ini 5 Sentra Kerajinan Demak yang Berhasil Mendunia
Warisan Budaya
Gerabah bukan hanya sekadar barang kebutuhan rumah tangga. Ia merupakan warisan budaya yang tak lekang oleh zaman. Dari bentuknya yang sederhana hingga teknik pembuatannya yang unik, gerabah menyimpan cerita tentang kreativitas dan kearifan lokal manusia sepanjang masa.
Di era modern ini, gerabah masih terus berkembang dan bahkan menjadi salah satu ciri khas Indonesia. Keberadaannya sebagai seni dan kerajinan tangan yang ramah lingkungan, menjadikan gerabah sebagai aset budaya yang perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.
(Hafidah Rismayanti/Aak)