BANDUNG,TM.ID: Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, membahas penggunaan toponimi sebagai alat bantu mempercepat penanganan gempa bumi di Kabupaten Cianjur, pada forum The 4th Meeting 2023 United Nations Group of Experts Geographical Name (UNGEGN) di New York, Amerika Serikat.
Ridwan Kamil menuturkan, pihaknya mewakili Divisi Asia Tenggara berbicara pada Sesi 3 dengan tema “Strengthening Relationship, Links and Connections in Geographical Names Standardization and Sustainable Development and Pandemic Recovery”.
Pada forum itu ia mempresentasikan paparan berjudul “Toponym Usage in Response to the Earthquake Disaster in Cianjur Regency”.
Toponimi merujuk pada ilmu bahasa yang membahas tentang asal usul penamaan tempat, wilayah, atau bagian lain dari rupa bumi.
Pada kesempatan itu, ia mengatakan pemerintah provinsi (pemprov) berperan penting dalam penamaan rupa bumi menggunakan toponimi. Menurutnya. penyusunan standar penamaan merupakan tugas besar yang harus didukung stakeholders politik dan budaya.
“Tahun lalu provinsi kami dianugerahi oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai provinsi terprogresif dalam menciptakan big data toponimi dengan pedoman internasional yang menargetkan 5 juta data digital,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (4/5/2023).
Proyek toponimi telah membantu Pemprov Jabar dalam melestarikan banyak tradisi oral dalam mengembalikan kearifan lokal, cerita rakyat, serta sejarah.
“Tantangan terbesar adalah transformasi dari manual ke digital. Kami berhasil menjawab tantangan itu dengan mengkoordinasi 27 kabupaten/kota untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,” kata dia.
Informasi yang dimiliki di Jabar melalui toponimi, lanjutnya, digunakan untuk manajemen lahan yang lebih baik, membuat pengembangan dan perencanaan perdesaan yang lebih baik, serta melindungi sumber daya alam.
Tahun lalu, kata Ridwan Kamil, proyek toponimi digunakan sebagai alat bantu Pemprov Jabar merespons gempa Cianjur.
“Selama itu, sebagai Gubernur saya mencoba untuk melakukan assesmen mendalam atas kerusakan yang ditimbulkan gempa, lalu mencari sumber daya untuk melakukan evakuasi penyelamatan dengan cepat,” katanya.
Menurut Ridwan Kamil, yang pertama yang diperlukan dalam menangani gempa Cianjur adalah data dan dengan toponimi, data yang terkumpul menjadi lebih cepat.
“Kami juga dapat membuat data berseri untuk mendistribusikan logistik, dengan mengombinasi semua aspek koordinasi yang penting, menggunakan data toponimi yang sudah dimiliki,” ujarnya.
Dengan data rupa bumi dari aplikasi Sistem Informasi RupaBumi atau SINAR, distribusi bala bantuan dan koordinasi situasi kedaruratan sangat cepat dan responsif.
“Sebagai contoh, jadi episentrum gempa bumi Cianjur kampung bernama Cieundeur. Dalam bahasa Inggris eundeur adalah bergetar atau bergoyang,” ujar Ridwan Kamil.
Dengan kata lain, masyarakat Kampung Cieundeur telah sangat lama memiliki kesadaran akan gempa bumi dilihat dari nama kampung mereka.
“Sejarahnya, masyarakat lama di area itu telah menamai daerah mereka sesuai dengan seringnya gempa yang terjadi,” ujarnya.
Desa atau Kampung Cieundeur berada di Kecamatan Warungkondang. Secara geografis Cieundeur hanya 15 kilometer dari Gunung Gede dan berada di sebelah timur Sesar Cimandiri.
Ridwan Kamil menganggap toponimi yang berkembang di Jabar merupakan sumber daya informasi yang berharga dalam manajemen kebencanaan. Kredit bagi semua pihak yang telah berpartisipasi menyusun toponimi dan dipergunakan dalam manajemen kebencanaan gempa Cianjur.
“Saya berharap di masa mendatang, data nama geografis berdasarkan kearifan lokal dapat meningkat lebih praktikal lagi. Tidak hanya sebatas penamaan saja, tapi juga membantu pada pencapaian tujuan bersama,” katanya.
Paparan Ridwan Kamil mendapat apresiasi dari fasilitator UNGEGN. Menurut UNGEGN, penggunaan toponimi yang terintegrasi dalam aplikasi SINAR merupakan contoh yang baik dalam penggunaan data RupaBumi.
Apresiasi juga datang dari Ketua forum UNGEN. Menurutnya, penggunaan toponimi merupakan langkah penting di tengah kesulitan para pengambil kebijakan dalam menangani bencana.
BACA JUGA: Menkominfo: Infrastruktur Digital Penyelenggaraan KTT ASEAN Memadai
(Dist)