JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Mantan Menteri Agama RI dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali, meninggal dunia di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan. pada Kamis (31/7/2025) pukul 04.18 WIB. Kabar duka tersebut dibenarkan oleh jajaran pengurus DPP PPP dan pihak keluarga.
“Benar,” kata Usman pada wartawan, Kamis (31/7/2025).
Almarhum akan disemayamkan di rumah duka yang terletak di Jalan Cipinang Cempedak I No. 30, Jatinegara, Jakarta Timur. Rencananya jenazah akan dimakamkan setelah waktu Zuhur di Pondok Pesantren Miftahul’Ulum, Desa Gandasari, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.
Profil Suryadharma Ali
Suryadharma Ali mungkin bukan nama yang asing dalam peta politik nasional Indonesia, khususnya bagi mereka yang mengikuti kiprah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sosok yang dikenal religius dan loyal terhadap partainya ini pernah menduduki posisi strategis dalam pemerintahan dan politik nasional, sebelum akhirnya tersandung kasus hukum yang mengguncang reputasinya.
Lahir di Jakarta pada 19 September 1956, Suryadharma tumbuh dalam lingkungan yang sarat dengan nilai-nilai keislaman. Pendidikan tingginya ia tempuh di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat itu masih dikenal sebagai IAIN Jakarta. Dari kampus ini, ia mulai membentuk jaringan intelektual dan aktivisme yang kelak akan membawanya ke panggung politik nasional.
Suryadharma menikahi Wardatul Asriah, dari pernikahan ini mereka dikaruniai empat anak yakni Kartika Yudistira Suryadharma, Sherlita Nabila Suryadharma, Abdurrahman Sagara Prakasa, dan Nadia Jesica Nurul Wardani. Keluarganya dikenal cukup tertutup dari sorotan publik, meski sang ayah kerap menjadi pemberitaan utama.
Baca Juga:
Puan Maharani Serukan PDIP Kembali jadi Partai Wong Cilik di Depan Ribuan Banteng
Cak Imin dan Bahlil Kompak Ingin Kepala Daerah Dipilih DPRD, Demokrasi Mundur?
Karier Politik
Karier politiknya benar-benar menanjak saat ia aktif di PPP. Ia dikenal sebagai kader muda yang cepat menanjak, karismatik, dan mampu menjembatani berbagai kepentingan di tubuh partai yang kerap dihantui konflik internal.
Puncaknya pada 3 Februari 2007, ia resmi terpilih sebagai Ketua Umum PP menggantikan Hamzah Haz. Di tangan Suryadharma, PPP berusaha memperbaiki citra dan konsistensinya sebagai partai berbasis Islam di tengah arus politik pragmatis yang makin menguat.
Namun, nama Suryadharma tak hanya dikenal di lingkup partai. Pada 22 Oktober 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengangkatnya sebagai Menteri Agama dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. Posisi ini memberinya peluang untuk berkontribusi lebih luas dalam kebijakan keagamaan nasional, termasuk mengatur penyelenggaraan haji, pendidikan agama, hingga moderasi beragama.
Selama menjabat, Suryadharma kerap menyuarakan pentingnya toleransi dan moderasi dalam kehidupan beragama.
Namun, masa jabatannya tidak sepenuhnya mulus. Pada 2014, ia menjadi sorotan tajam setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkannya sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi penyelenggaraan ibadah haji.
Kasus tersebut mengguncang publik. Bagaimana tidak, seorang Menteri Agama yang semestinya menjadi simbol moralitas dan etika justru diduga terlibat dalam penyimpangan dana yang menyangkut kepentingan umat. Ia pun memilih mengundurkan diri dari jabatannya pada 28 Mei 2014. Tak lama berselang, ia juga melepas jabatan Ketua Umum PPP, yang kemudian digantikan oleh Muhammad Romahurmuziy.
Setelah vonis dijatuhkan dan menjalani masa hukumannya, Suryadharma memilih hidup lebih tenang, jauh dari sorotan publik. Namun, namanya tetap lekat dalam sejarah politik Indonesia sebagai salah satu tokoh sentral dari partai berlambang Ka’bah yang pernah bersinar di kabinet.
(Dist)