BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Presiden Prabowo Subianto memiliki tiga pertimbangan utama sebelum melakukan reshuffle kabinet Merah Putih, yakni subjektivitas, kinerja, dan faktor politik.
“Subjektivitas biasanya menjadi kunci utama dalam penilaian. Lalu ada faktor kinerja yang dinilai melalui rapor kerja, dan yang ketiga adalah aspek politik,” ujar Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio, kepada wartawan di Jakarta, Minggu (9/2/2025).
Hendri menjelaskan bahwa faktor subjektivitas mengacu pada hubungan personal Presiden dengan menteri yang bersangkutan, apakah ia disukai atau tidak.
Sementara itu, faktor kinerja dinilai berdasarkan keberhasilan menteri dalam menjalankan tugas yang diberikan.
“Yang ketiga adalah faktor politik. Apakah kehadiran menteri ini mengganggu soliditas kekuatan politik Presiden atau tidak. Apalagi sekarang, setelah putusan MK, setiap partai yang lolos verifikasi bisa mencalonkan presiden sendiri,” jelasnya.
Menurutnya, pertimbangan politik juga mencakup kemungkinan dampak dari reshuffle terhadap peta persaingan di Pilpres 2029.
“Kalau ada menteri yang dilepas dari koalisi, apakah nantinya bisa menjadi ancaman atau lawan tanding berat bagi Prabowo di 2029? Hal-hal seperti ini pasti diperhitungkan dengan matang,” lanjutnya.
Hensat menilai, sorotan Presiden Prabowo saat ini lebih banyak tertuju pada kementerian yang berkaitan dengan sektor ekonomi. Para menteri di bidang ini, menurutnya, akan mendapatkan evaluasi ketat.
BACA JUGA: Ancaman Reshuffle Makin Santer, Kinerja Minim Menteri Pigai Disorot DPR
“Pertumbuhan ekonomi kita turun dari 5,03 persen menjadi 5,02 persen, sementara targetnya adalah 8 persen. Kita sudah terlalu lama stagnan di angka 5 persen, tidak ada lompatan besar. Bahkan, kelas menengah makin tertekan, sementara kelas atas justru semakin kaya,” ungkapnya.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Hensat memperkirakan, reshuffle kabinet yang dilakukan Prabowo nantinya akan mempertimbangkan kombinasi antara faktor loyalitas, kinerja, dan strategi politik jangka panjang.
(Kaje/Usk)