BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Fenomena perdagangan anak, khususnya bayi menjadi perhatian serius Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Barat. Diana Wati, Manajer Program LPA Jawa Barat, mengungkapkan praktik kejam ini tidak hanya terjadi secara lokal, tetapi bahkan melibatkan jaringan lintas negara.
“Kasus-kasus penjualan anak saat ini lebih banyak menyasar bayi. Bahkan, ada yang sudah dipesan sejak masih dalam kandungan,” kata Diana, Kamis (24/7/2025).
Yang lebih mengkhawatirkan, lanjut Diana, bayi-bayi ini bahkan dijual hingga ke luar negeri, termasuk ke Singapura.
“Itu sangat miris bagi kami. Bayangkan, anak-anak yang bahkan belum sempat melihat dunia sudah dijadikan komoditas,” ucapnya.
Menurutnya, fenomena ini harus menjadi peringatan bagi semua pihak, tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Diana juga menegaskan edukasi menjadi kunci utama untuk memutus mata rantai perdagangan anak.
“Langkah antisipatif harus dimulai dari bawah, dari akar rumput seperti RT, RW, dan lingkungan keluarga. Masyarakat harus diedukasi bahwa menjual anak bukanlah jalan keluar dari tekanan ekonomi,” ujarnya.
Diana menekankan pentingnya kehadiran program-program konkret dari pemerintah yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, agar praktik ini tidak berulang. Menurutnya, hanya menyalahkan kondisi ekonomi tanpa memberikan solusi, bukanlah pendekatan yang adil.
“Kalau alasan utama karena ekonomi, ya negara harus hadir dengan program penguatan ekonomi. Harus ada alternatif untuk para ibu dan keluarga yang rentan,” ungkapnya.
Baca Juga:
Napi Lapas Cipinang Kendalikan Prostitusi Online Pelajar, Dijual Rp1,5 Juta
Tak hanya soal ekonomi, pendidikan juga disebutnya sebagai faktor kunci. Diana menyoroti banyaknya kasus di mana pelaku penjualan anak justru masih tergolong anak di bawah umur yang hamil di luar nikah dan tidak mendapatkan dukungan dari keluarga maupun lingkungan.
“Kita butuh pendidikan yang kuat. Banyak kasus terjadi karena anak-anak perempuan belum cukup siap secara mental maupun sosial, lalu hamil, ditinggal, dan akhirnya terpaksa menjual bayinya. Ini bukan hanya soal hukum, tapi soal gagal melindungi masa depan,” katanya.
LPA Jawa Barat berharap ada gerakan bersama antara pemerintah, masyarakat, tokoh agama, hingga lembaga pendidikan untuk memastikan perlindungan anak benar-benar menyentuh semua lapisan.
“Anak adalah amanah, bukan komoditas. Kita semua bertanggung jawab atas masa depan mereka,” pungkasnya. (Kyy/_Usk)