BANDUNG,TM.ID: Wibu dan otaku merupakan dua istilah yang kurang lengkap jika tidak kita sandingkan dengan budaya Jepang.
Misalnya, wibu yang secara umum memiliki arti sebagai seseorang yang obsesif terhadap kultur Jepang meskipun individu yang menggiatinya adalah non-Jepang.
Sedangkan, Otaku bisa kita definisikan sebagai individu yang lebih condong menyeimbangkan hobinya terhadap dunia anime dan game dalam kehidupan kesehariannya.
Dari kedua makna istilah di atas ada satu kesamaan yang dapat kita tarik yaitu, fakta bahwa otaku dan wibu sama-sama memiliki ketertarikan terhadap pop culture dari negara Jepang.
Keduanya memiliki kategori kultural yang berbeda satu sama lain, poin inilah yang kurang orang pahami.
Supaya kita tidak ikut-ikutan salah arti, mari simak pembahasan berikut mengenai perbedaan wibu dan otaku.
1. WIBU
Kata wibu lebih populer sebagai penyebutan penikmat anime di Indonesia daripada otaku. Banyak alasan yang mendasari hal ini, salah satunya ialah untuk meledek mereka yang masih suka menonton kartun buatan Jepang meskipun sudah dewasa.
Apakah benar istilah tersebut semata-mata hanya sekedar untuk sebuah ledekan terhadap penikmat anime saja?
Jadi Wibu ini sebenarnya berasal dari kata weeaboo atau weeb dari bahasa inggris, istilah ini populer digunakan untuk penyebutan seseorang yang begitu terobsesi dengan segala macam hal berbau kultur Jepang.
Jadi secara internasional weeaboo adalah sebutan untuk individu non-Jepang yang obsesif terhadap berbagai aspek dari negeri sakura ini. Bahkan saking obsesif nya, tak jarang orang-orang ini menolak kultur lain dan lebih memilih hidup ala orang Jepang layaknya yang mereka tonton melalui film maupun anime.
Padahal, informasi mengenai kebudayaan masyarakat Jepang dari sumber tersebut belum sepenuhnya benar.
Baca Juga : 5 Daftar Anime Romantis, Cocok Buat yang Lagi Kasmaran!
2. OTAKU
Istilah otaku sebenarnya telah ada di Jepang bahkan jauh sebelum anime menjadi suatu fenomena yang mendunia.
Pada era sebelumnya sebutan otaku benar-benar menjadi suatu hal yang dapat dicap negatif atau positif oleh masyarakat Jepang, tergantung situasi individu atau kelompok yang bersangkutan.
Seseorang otaku, biasanya memiliki kebiasaan aneh dalam menjalani kesehariannya; seperti memiliki sifat anti sosial, terlalu fokus dan berlebihan terhadap hobi yang mereka lakukan sehingga mendapat sebutan apatis dan lain halnya.
Hal ini sebenarnya sah-sah saja mereka lakukan karena selama tidak mengganggu kehidupan individu lain, meski begitu jangan coba-coba untuk ditiru.
Seiring berkembangnya jaman dan berubahnya pola pikir masyarakat dan semakin tolerannya penerimaan kebudayaan baru. Istilah seperti otaku mulai dapat masyarakat terima dan lebih populer penyebutannya bagi mereka yang gemar terhadap pop culture anime saja.
Alasannya sendiri karena penggemar anime yang sekarang makin tenggelam pada dunia yang ada dalam anime dan manga, bahkan sampai mampu menyenangi high culture lainnya.
(Aziz/Budis)