BANDUNG,TM.ID: Selama ini, orang kebanyakan sering tertukar penyebutan antara monyet dan kera. Saat ini, viral di berbagai media mengenai fenomena segerombolan primata yang menyerbu permukiman di Kota Bandung, Jawa Barat.
Penting untuk diketahui perbedaan antara monyet dan kera, karena kedua jenis hewan ini sungguh berbeda meski sama-sama primata.
Mengutip laman Restorasi Ekosistem Riau, ada lima perbedaan utama antara kera dan monyet yang harus Anda ketahui. Sebab, antara kera dan monyet ada perbedaan yang cukup signifikan.
Dengan demikian, Anda akan mengangguk-angguk kepala setelah mengetahui, sesungguhnya primata jenis apa yang turun gunung merambah permukiman warga Kota Bandung, yang viral di berbagai media pada awal Maret 2024 ini.
BACA JUGA: BBKSDA: Ada Monyet Berkeliaran Jangan Memberi Makan!
Berikut 5 Perbedaan Monyet dan Kera:
Monyet dan kera tergolong dalam ordo Primata yang mencakup lebih dari 500 spesies, yang menjadikan ordo paling beragam
ketiga di dunia setelah ordo hewan pengerat dan kelelawar.
Karakteristik Ordo Primata
1.Memiliki kemampuan dan perkembangan fungsi kognitif tingkat lanjut karena otak mereka yang besar;
2. Mampu menggenggam tangan dan kaki;
3. Pandangan lurus ke depan dengan sudut pandang sempit;
4. Memiliki plasenta;
5. Serta beberapa karakteristik lainnya.
Jutaan tahun lalu, nenek moyang dari ordo primate berevolusi hingga memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, menghasilkan begitu banyak cabang spesies dalam ordo ini.
Perbedaaan utama kera dan monyet
Kera dan monyet dapat hidup berdampingan dan memiliki tampilan visual yang serupa, tetapi mereka tidaklah sama. Sebagian besar perbedaan mereka sebenarnya dapat terlihat dari karakteristik fisik dan perkembangan evolusinya.
1. Kera tak berekor
Salah satu cara paling mudah dan cepat untuk mencari perbedaan antara kera dan monyet adalah dengan memperhatikan ekornya.
Kera tak berekor karena daya penggerak di tubuh mereka telah berkembang sedemikian rupa menyesuaikan dengan kebiasaannya yang tidak menghabiskan lebih banyak hidupnya di pohon, seperti monyet.
2. Bentuk dan ukuran tubuh
Sebenarnya, bentuk tubuh dan rangka tulang kera lebih mendekati bentuk dan rangka manusia, dibandingkan monyet. Umumnya, ukuran tubuh kera lebih besar dan lebih berat dari pada monyet dengan sendi bahu yang membantu mereka berayun di antara dahan pohon.
Sementara itu, bentuk tubuh monyet lebih menyerupai kebanyakan mamalia lainnya, lebih kecil dari kera dengan dada yang tidak selebar kera. Struktur tulang mereka pun lebih menyerupai mamalia berukuran sedang, seperti anjing.
3. Pergerakan
Kera memiliki postur tubuh yang lebih tegak dibandingkan monyet, hal ini memungkinkan kera untuk berjalan dengan kedua kaki belakang.
Kera memiliki sendi bahu yang sangat membantu ketika mereka berayun di antara dahan-dahan pohon, gerakan ini dikenal juga dengan istilah brachiating.
Sedangkan, monyet cenderung lebih sering berlarian dari satu dahan pohon ke dahan lainnya, dibandingkan melalui brachiating.
Di tanah, monyet akan berjalan dengan bagian seluruh telapak kakinya menyentuh tanah dengan telapak tangan yang terangkat. Monyet hampir tidak pernah berjalan secara bipedal.
4. Tingkat kecerdasan
Karateristik yang satu ini mungkin tak dapat langsung teridentifikasi hanya dengan melihat saja. Namun, kera diketahui sebagai satwa paling cerdas di bumi.
Mereka memiliki ukuran otak yang lebih besar dari monyet, membuat mereka mampu berpikir dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang mereka hadapi di habitatnya.
Simpanse, salah satu spesies kera dengan kemampuan otak paling mendekati manusia, bahkan mampu menciptakan dan menggunakan perkakas sederhana untuk membantu mereka mendapatkan makanan.
5. Kemampuan berkomunikasi
Sebagian besar primata berada dalam lingkup sosial yang kompleks dan cenderung tertutup. Untuk itulah, mereka membutuhkan komunikasi yang lebih sering dan intens satu sama lain.
Baik kera dan monyet berkomunikasi melalui bau, pesan visual, suara, dan sentuhan. Monyet dapat menggunakan suara dan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dengan sesamanya, namun kera memilki kemampuan kognitif dan linguistik dengan tingkat lebih tinggi dibandingkan monyet.
Meski kera tak memiliki adaptasi fisiologi yang dibutuhkan untuk dapat menciptakan bahasa, namun mereka menunjukkan kapabilitas linguistik yang cukup luas.
Kera bahkan dapat diajarkan untuk menggunakan bahasa isyarat, gerakan tubuh tertentu, dan bahkan menggunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan manusia.
Fenomena monyet turun gunung di Kota Bandung
Aktivis lingkungan, Steve Ewon memberi tanggapan atas fenomena kera ekor panjang turun gunung merambah permukiman warga yang terjadi di beberapa titik, di antaranya di Dago dan Cibiru Kota Bandung dalam beberapa terakhir ini.
Steve Ewon, pecinta dan pelestari hewan Indonesia menjelaskan perihal fenomena tersebut, yang menurutnya merupakan bentuk pesan alam bahwa lingkungan ini sudah rusak.
Ewon menegaskan bahwa keluarnya mahluk-mahluk hutan itu dari habitatnya, menandakan sudah terjadi ketimpangan ekosistem. Ketimpangan ini bisa didorong beberapa faktor, di antaranya ketersediaan makanan yang sudah berkurang di hutan.
“Mereka harus survive (bertahan hidup) sementara makanan di hutan terbatas, makanya merambah ke rumah warga,” ujar Steve Ewon kepada Teropong Media, Selasa (5/3/2024).
(Aak)