Pakar Kedokteran UI: Di Masa Depan Potensial Pandemi Flu Burung H5N1

Flu Burung H5N1
Pasca pandemi Covid-19, flu burung H5N1 berpotensi menjadi salah satu penyebab pandemi di masa depan.(web)

Bagikan

JAKARTA, TM.ID : Pasca pandemi Covid-19, flu burung H5N1 berpotensi menjadi salah satu penyebab pandemi di masa depan.

Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama.

“Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih berpendapat bahwa risiko penularan flu burung ke manusia masihlah rendah, tetapi tentu kita harus tetap waspada,” kata Tjandra Yoga Aditama dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu (15/2/2023).

Tjandra memperkirakan, saat ini terdapat tiga jenis penyakit yang berpotensi memicu pandemi lanjutan di dunia, di antaranya zoonosis yang bersumber dari binatang, berbagai jenis influenza, dan penyakit X.

Ia mengatakan, flu burung memang berasal dari binatang atau unggas, serta berjenis infuenza.

Walaupun belum menyerang manusia, kata Tjandra, tetapi sekarang flu burung sudah mulai menyerang bukan saja unggas, tetapi juga binatang menyusui.

“Jadi kini, sudah terjadi mutasi, dan kalau mutasi terus berkelanjutan maka tentu mungkin saja menular ke manusia, yang tentu sangat tidak kami harapkan,” ujarnya.

Pada Rabu (8/2), Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan peringatan atas insiden penularan virus flu burung ke satwa mamalia.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahwa flu burung telah menginfeksi hewan cerpelai, berang-berang, hingga singa laut.

WHO menyatakan, risiko penularan H5N1 terhadap manusia masih rendah, sejak penyakit itu kali pertama muncul pada 1996.

Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara meyakini, bahwa sesudah COVID-19 maka pasti akan ada pandemi lanjutan.

“Kami hanya belum tahu kapan akan terjadi dan penyakit apa yang jadi pemicunya,” katanya.

Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes Kemenkes RI itu menyampaikan sejumlah tahapan yang perlu dilakukan untuk merespons hal tersebut.

“Hanya ada kasus sporadik atau klaster kecil di masyarakat. Lalu berikutnya akan berubah menjadi penularan di masyarakat yang berkelanjutan, sehingga terjadi wabah di komunitas lokal,” katanya.

Kalau keadaan terus tidak terkendali dan penyakit menular luas hingga dua wilayah regional WHO, maka dapat dideklarasikan sebagai keadaan Public Health Emergency of International Concern – PHEIC, sesuai aturan dalam International Health Regulation (IHR), kata Tjandra.

“Kalau tidak terkendali akan dapat saja menjadi pandemi,” ujarnya.

Tjandra mengemukakan tujuh langkah antisipasi yang perlu dilakukan sejak saat ini, yaitu membangun koordinasi antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian di pusat dan daerah, khusus untuk antisipasi H5N1.

Tjandra juga mengimbau kepada masyarakat agar sebaiknya tidak menyentuh hewan yang sakit atau mati karena sebab tidak jelas, dan sebaiknya segera melaporkannya ke otoritas kesehatan hewan dan Puskesmas setempat.

BACA JUGA: Kemenkes: Hindari Beli Obat Sirop Tanpa Resep Dokter!

Selain itu, perlu dilakukan surveilan pada unggas dan juga hewan mamalia di Indonesia, untuk mendeteksi apakah sudah ada infeksi H5N1 pada berbagai jenis hewan.

“Kalau memang ada kasus yang dicurigai pada unggas di suatu daerah, maka petugas kesehatan hewan dan petugas kesehatan tentu harus turun ke lapangan bersama,” katanya.

Tjandra juga mendorong agar kegiatan surveilan pada peternak dan penjual di pasar dapat diperketat.

“Karena merekalah yang punya risiko tinggi tertular, kalau kasus sudah ada pada hewan,” katanya.

Selain itu, juga diperlukan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) pada binatang, berikut kerja sama dengan organisasi internasional, seperti WHO serta World Organization for Animal Health (WOAH) untuk kesehatan hewan.

“Semua ini adalah salah satu bentuk nyata pendekatan One Health, kesehatan satu bersama, di mana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat memang diperlukan kerja bersama sektor kesehatan, kesehatan hewan, dan bahkan juga kesehatan lingkungan,” katanya.

(Budis)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Detik-Detik Mengerikan Pembunuhan Mutilasi di Garu-Cover
Detik-Detik Mengerikan Pembunuhan Mutilasi di Garut: Korban dalam Kondisi Terikat
joe biden debat pilpres amerika serikat
Penampilan Biden di Debat Pilpres Panen Kritik
Kuliner Pantai Karang Bolong Kebumen
Yuk, Intip Kuliner Unik di Pantai Karang Bolong Kebumen
Korban Mutilasi Garut
Penemuan Mayat Korban Mutilasi Gemparkan Warga Garut
judi online kelurahan
Tekan Peredaran Judi Online, HP Para Pegawai di Kelurahan Jakbar Diperiksa
Berita Lainnya

1

Penuh Drama, Jeman Vs Denmark Berakhir 2-0 di Euro 2024

2

Tyronne del Pino, Pemain Asing Persib Yang Terbuang Kini Mulai Dilirik Bojan Hodak

3

Swiss Melaju ke Perempat Final Euro 2024 Setelah Singkirkan Italia 2-0

4

Segini Anggaran Belanja Persib Bandung Jelang Liga 1 2024/2025

5

Gelombang Protes di Kenya: Tolak Kenaikan Pajak Demi Lunasi Utang IMF
Headline
data polri kena hack
Data Polri Kena Hack, Beredar di Dark Web!
Kronologi Meninggalnya Zhang Zhi Jie
Kronologi Meninggalnya Zhang Zhi Jie di Asia Junior Championship 2024
Korban Tanah Longsor Blitar
Pencarian 6 Jam, 2 Korban Tanah Longsor Blitar Ditemukan Tewas
Spanyol Semifinal EURO 2024
Hancurkan Georgia 4-1, Spanyol Bertemu Jerman di Perempat Final EURO 2024