BANDUNG,TM.ID: Kerupuk melarat merupakan camilan unik khas Cirebon, yang ternyata mempunyai nilai historis dalam perkembangannya.
Setiap wisatawan yang berkunjung ke Cirebon dapat dipastikan punya ketertarikan untuk membelinya sebagai oleh-oleh buat para penghuni rumah, teman atau sanak saudara.
Kerupuk melarat memang unik, yang bukan hanya dari penamaannya. Kata ‘melarat’ merupakan sinonim dari dari kata ‘miskin’.
Penyertaan kata melarat tersebut berkaitan erat dengan proses pembuatan camilan tersebut yang tak menggunakan minyak goreng.
Kerupuk ini mengembang setelah disangrai di atas pasir panas, yang tak lazim seperti kerupuk lainnya yang digoreng dengan minyak goreng.
Menghimpun informasi dari berbagai sumber, ternyata ada alasan tersendiri kenapa camilan tersebut dinamai kerupuk melarat dan tak menggunakan minyak goreng dalam.
Penamaan kerupuk melarat ternyata bukan tanpa alasan. Kata melarat benar-benar merujuk pada kondisi sebenarnya, yakni masa kesulitan ekonomi pada masa pra kemerdekaan.
Kerupuk melarat mulai berkembang sejak tahun 1926, di mana kala itu minyak goreng begitu sulit didapatkan karena harganya yang selangit.
Namun, kondisi ekonomi yang sulit ini sangat tidak mendukung kebutuhan dasar masyarakat, sehingga memaksa masyarakat untuk melakukan inovasi.
Masyarakat akhirnya mengganti minyak dengan pasir bersih untuk menyangrai kerupuk yang mereka buat. Namun, pasir yang digunakan tidaklah sembarangan.
Pasir yang digunakan diambil dari pegunungan yang sudah melewati proses pengayakan. Setelah pasir diayak, kemudian dijemur agar lebih kering dan bersih agar layak digunakan untuk menyangrai kerupuk.
BACA JUGA: Sering Jadi Pelengkap Makanan, Ini 10 Jenis Kerupuk Unik Indonesia
Sebagai penarik selera, kerupuk tersebut diberi beragam warna. Bahan utama yang duigunakan, yakni tepung tapioka dengan campuran bawang putih, ketumbar, gula, garam, hingga terasi sebagai penyedap rasa.
Sejalan waktu ingga saat ini, proses pengolahan kerupuk melarat tidak berubah, di mana penyangraian tetap menggunakan pasir dengan penyedap rasa yang tidak diubah.
Tidak kemudian menggunakan minyak goreng meski kondisi ekonomi sudah membaik. Mempertahankan penyangraian dengan pasir panas tetap dipertahankan karena sudah terkondisi menjadi sebuah konvensi budaya masyarakat.
Bahkan Kerupuk Melarat saat ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) pada tahun 2023. Hal ini semakin memperkaya khasanah budaya nasional asal Jawa Barat.
(Aak)