JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Dalam ketatnya persaingan otomotif Indonesia, terutama untuk pasar mobil, beberapa kendaraan menjadi tersisihkan. Akibatnya, mobil-mobil ini belum berhasil terjual di pasar tanah air, setidaknya saat berita ini tayang.
Sepanjang tahun 2025, sejumlah merek mencatatkan hasil penjualan yang cukup impresif. Model-model terbaru, terutama yang mengusung teknologi elektrifikasi, terus menarik perhatian konsumen dan mendorong angka penjualan ke level yang menjanjikan.
Di sisi lain, hanya merek terhitung jari, justru belum menunjukkan tanda-tanda aktivitas penjualan, baik dari sisi wholesales (pengiriman dari pabrik ke dealer) maupun retail (penjualan ke konsumen).
Menghimpun data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jumat (18/04/2025), hingga kuartal pertama tahun ini, terdapat empat merek mobil yang belum mencatatkan satu pun unit penjualan.
Merk dari Mobil yang Belum Laku Terjual Data Gaikindo
Sepanjang periode Januari hingga Maret 2025, keempat merek tersebut tidak tercatat melakukan aktivitas distribusi maupun transaksi penjualan ke konsumen. Angka di data Gaikindo benar-benar nol, baik untuk wholesales maupun retail.
Merek mobil listrik asal Tiongkok, ORA meski mencuri perhatian saat kedatangannya, dengan desain city car bergaya retro yang tampil di berbagai pameran otomotif Indonesia.
Namun tahun ini, belum ada satupun unit yang terdistribusi atau terjual. Padahal, secara global, model-model seperti ORA Good Cat dikenal cukup kompetitif di segmen kendaraan listrik.
BACA JUGA:
Nasib yang sama, juga dirasakan Peugeot dan Jeep meski sudah memiliki nama besar di Indonesia. Absennya aktivitas distribusi dan penjualan mengindikasikan adanya kemandekan strategi bisnis, atau bisa jadi karena belum hadirnya produk baru yang sesuai dengan selera pasar saat ini.
Kemudian, merek asal India, Tata yang sempat mencoba peruntungan pada segmen kendaraan niaga dan SUV, juga belum menunjukkan pergerakan di 2025.
Tidak adanya penjualan di kuartal pertama memperkuat sinyal bahwa Tata makin redup dan kehilangan daya saing, terutama di tengah serbuan produk-produk dari Tiongkok dan Jepang.
Pendatang Baru menjadi Atensi
Ketidakhadiran penjualan dari empat merek ini semakin terasa kontras dengan kinerja merek-merek lain seperti BYD dan Denza, yang justru mencatatkan lonjakan signifikan berkat strategi agresif mereka di segmen kendaraan listrik dan teknologi pintar.
Di tengah pergeseran tren ke mobil listrik dan digitalisasi, produsen yang tidak bisa beradaptasi tampaknya mulai tergeser dari peta persaingan otomotif Tanah Air.
Situasi ini jadi pengingat bahwa dalam industri otomotif yang berubah cepat, inovasi dan strategi pemasaran yang tepat adalah kunci bertahan dan berkembang, terlepas dari seberapa besar atau lamanya sebuah merek eksis di pasar.
(Saepul)