BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang KM 92 pada Senin (11/11/2024) menambah panjang daftar insiden berdarah di ruas jalan tol yang dikenal dengan misteri.
Kecelakaan yang melibatkan banyak kendaraan roda empat ini menewaskan satu orang, melukai 23 orang luka ringan, dan 4 orang luka berat.
Penyebab kecelakaan diduga dari sebuah truk yang mengalami rem blong dan menabrak kendaraan lain di depannya. Posisi kendaraan yang berdekatan memicu terjadinya kecelakaan beruntun.
Insiden ini kembali mengundang pertanyaan tentang sejarah dan mitos yang menyelimuti Tol Cipularang. Ruas Tol Cipularang yang dinilai rawan kecelakaan berada di kilometer 90 sampai 100, di mana jalur dari Jakarta akan menemui tanjakan panjang dan jalur sebaliknya mendapati turunan panjang.
Sejarah Tol Cipularang
Proyek pembangunan Tol Cipularang alias Jalan Tol Cikampek – Purwakarta – Padalarang dimulai pada 1991 dan memakan waktu sekitar 14 tahun hingga dapat beroperasi.
Tol ini menghubungkan Jakarta dengan Bandung, dengan percabangan dari Tambun atau Cikarang Barat menuju selatan arah Jonggol, Cianjur (Mande/Ciranjang), sampai Padalarang.
Proyek tersebut awalnya diberi nama Plan Tol Cigolarang (Cikarang, Jonggol, Cianjur, dan Padalarang) dengan tujuan memangkas waktu perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Namun, rencana tersebut gagal karena tidak berhasil menghubungkan Ibu Kota menuju Kawasan Jonggol.
Pembangunan jalan tol kemudian dilakukan dengan melintasi pegunungan timur Jatiluhur. Jalanan yang curam mengharuskan pembangunan banyak jembatan panjang dan tinggi, serta melewati jurang dan sungai.
Tol Cipularang dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama, pembuatan jalan tol Cikampek – Sadang dan Padalarang – Cikamuning (17,5 kilometer) yang dibuka pada 1 Agustus 2003 dan 21 September 2003. Tahap kedua, menghubungkan rute Sadang – Cikamuning (41 kilometer) yang dibuka pada 26 April 2005.
Seiring dengan berdirinya Tol Cipularang, waktu tempuh Jakarta – Bandung menjadi 1 jam 30 menit pada keadaan lalu lintas lancar.
Mitos Tol Cipularang dan Gunung Hejo
Banyak yang menghubungkan tragedi misteri kecelakaan di Tol Cipularang dengan kisah mistis. Daerah tersebut dikenal angker jauh sebelum jalan tol dibangun, disebut sebagai Jalur Tengkorak oleh masyarakat setempat.
Mitos yang paling terkenal adalah terkait dengan keberadaan Gunung Hejo. Gunung Hejo atau Gununghejo adalah sebuah bukit di Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.
Jalan Tol Cipularang melintasi kawasan Gunung Hejo, yang merupakan salah satu kawasan yang dianggap angker oleh masyarakat setempat.
Gunung Hejo kerap dipakai untuk ritual pemujaan, dan beberapa area di sana dianggap keramat dan sakral. Gunung Hejo sebelah atas dipercaya ada tempat keramat untuk petilasan, makam yang dipercaya milik Prabu Siliwangi.
Mitos permintaan tumbal secara berkala muncul dari sebuah batu yang menutupi lubang dalam. Batu ini dianggap keramat dan muncul desas-desus akan meminta tumbal nyawa secara berkala.
Pada saat pembangunan tol, banyak pekerja yang mengaku diganggu hantu. Beberapa buruh tewas dengan berbagai alasan, seperti terjatuh dari ketinggian atau meninggal saat mengoperasikan alat berat.
BACA JUGA : Detik- Detik Rekaman Kecelakaan di Tol Cipularang
Kawasan Rawan Kecelakaan
Meskipun cerita-cerita mistis yang beredar terkait Tol Cipularang masih sebatas mitos, faktanya, ada beberapa kawasan di Tol Cipularang yang rawan kecelakaan.
Kawasan rawan kecelakaan di Tol Cipularang adalah sepanjang kilometer 90 sampai dengan kilometer 100. Area sepanjang 10 kilometer ini rawan kecelakaan karena memiliki tanjakan dan turunan panjang serta curam.
(Hafidah Rismayanti/Usk)