BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Penelitian terhadap sebuah batu besar yang diduga sebagai prasasti kuno di Kampung Cimaung, RT 07/07, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, masih terus berlangsung.
Batu yang disebut-sebut sebagai Prasasti Cikapundung Tamansari itu menyimpan aksara Sunda kuno yang hingga kini sulit diuraikan.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung bersama tim arkeolog, epigraf, konservator, dan antropolog telah melakukan ekskavasi di lokasi penemuan, tepat di tepi Sungai Cikapundung. Lokasi ini dikenal sebagai kawasan bersejarah yang diyakini menyimpan jejak penting peradaban Sunda masa lalu.
Kepala Disbudpar Kota Bandung, Adi Junjunan Mustafa, mengatakan proses penelitian masih panjang. Menurutnya, pembacaan aksara Sunda kuno pada batu tersebut membutuhkan perbandingan dengan naskah atau prasasti lain yang sejenis.
Baca Juga:
Pemkot Bandung Gelar Nikah Massal Gratis untuk 10 Pasangan
Tak Ada Kerugian, Hanya Penundaan Pemkot Bandung Yakinkan AAF Tetap Berlangsung
“Batu prasasti ini memang masih perlu kita kaji lebih dalam. Membaca aksara Sunda kuno itu tidak mudah, harus dihubungkan dengan tulisan lain yang sejenis agar bisa dipahami maknanya,” kata Adi, Sabtu (6/9/2025).
Selain melibatkan para pakar, penelitian ini juga mendapat perhatian mahasiswa arkeologi yang ikut meninjau langsung ke lokasi.
“Ada juga mahasiswa arkeologi yang datang untuk meneliti. Namun, membaca aksara itu memang sangat sulit,” ucapnya.
Ahli Pratama Pamong Budaya Disbudpar Kota Bandung, Garbi Cipta Perdana, menuturkan berdasarkan literatur dan keterangan pemilik lahan, Oong Rusmana, batu tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1959.
“Ekskavasi sudah dilakukan hingga kedalaman 150 sentimeter. Dari hasil penggalian, sebagian besar batu memang masih tertanam dalam tanah,” ujar Garbi.
Batu itu sendiri memiliki ukuran cukup besar, yakni panjang 180 sentimeter, lebar 70 sentimeter, dan tinggi 55 sentimeter. Bagian yang terlihat di permukaan hanya sebagian kecil dari keseluruhan batu.
Sejumlah akademisi sebelumnya juga pernah mengkaji temuan ini, antara lain Nandang Rusnanda, Titi Surti Nasriti, Anton Ferdianto, dan Muhammad Zakaria Hidayat. Mereka menilai batu tersebut berpotensi menjadi bukti penting mengenai aktivitas permukiman maupun keagamaan di kawasan Cikapundung pada masa lampau.
Hingga kini, misteri aksara Sunda kuno pada batu itu masih menunggu jawaban dari para ahli. Jika berhasil diungkap, temuan ini bisa menjadi catatan sejarah baru bagi peradaban Sunda dan Kota Bandung. (Kyy/_Usk)