JAKARTA,TM.ID: Dalam sebuah penelitian yang melibatkan sejumlah peneliti dari Technical University of Denmark (DTU), Northeastern University, University of Copenhagen, dan IT University of Copenhagen, tengah mengembangkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang memiliki kemampuan dalam memprediksi waktu kematian manusia.
Penelitian yang dipimpin oleh Sune Lehmann dan diterbitkan di Journal Nature Computational Science dengan judul “Using Sequences of Life-events to Predict Human Lives” memperkenalkan model AI terbaru bernama life2vec. Life2vec menggunakan sistem serupa dengan ChatGPT, namun memiliki perbedaan krusial. Model ini menggunakan data kesehatan sebagai basisnya, memungkinkannya untuk memprediksi waktu kematian seseorang.
Berdasarkan laporan dari New York Post belum lama ini, tim peneliti menggunakan data dari sekelompok besar orang Denmark dari tahun 2008 hingga 2020, dengan beragam jenis kelamin dan usia. Metode yang digunakan melibatkan pembelajaran model AI untuk memahami pola-pola kompleks dalam data. Informasi-informasi khusus tentang peserta penelitian diberikan ke dalam model menggunakan bahasa yang sederhana, seperti kegiatan sehari-hari dan kejadian hidup tertentu.
Setiap informasi diberikan token digital yang unik dan sangat spesifik. Sebagai contoh, pekerjaan di toko tembakau memiliki kode IND4726; “perdarahan postpartum” direpresentasikan dengan O72; patah tulang lengan memiliki kode S52; dan pendapatan direpresentasikan oleh 100 token digital yang berbeda.
BACA JUGA: Inovasi Kecerdasan Buatan: Bisa Ubah Foto Menjadi Video Bergerak
Life2vec menggunakan detail-detail khusus dalam kehidupan seseorang, seperti pendapatan, profesi, tempat tinggal, dan riwayat kesehatan. Dengan informasi tersebut, model AI ini mampu memprediksi dengan hampir sempurna siapa yang kemungkinan meninggal pada tahun 2020.
Menurut penelitian, beberapa faktor meningkatkan risiko kematian, seperti jenis kelamin laki-laki, diagnosa masalah kesehatan mental, atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Di sisi lain, kepemimpinan dan pendapatan yang lebih tinggi dapat meningkatkan harapan hidup.
Sune Lehmann, pemimpin penelitian, menekankan bahwa peserta penelitian tidak diberikan prediksi terkait kematian mereka. Menurutnya, hal tersebut tidak bertanggung jawab. Meskipun model AI ini kemungkinan besar tidak akan digunakan untuk memberikan informasi spesifik kepada individu, tujuannya adalah untuk memahami apa yang bisa dan tidak bisa diprediksi.
Meskipun saat ini belum tersedia untuk masyarakat umum, potensi penggunaan life2vec dalam berbagai bidang, terutama dalam riset kesehatan dan asuransi, sangat menarik. Lehmann dan timnya berkomitmen untuk membagikan lebih banyak informasi terkait penelitian mereka, tetapi tetap menjaga privasi individu yang terlibat.
(Budis)