BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tim peneliti dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan minyak larva lalat tentara hitam atau blacksoldier fly larvae oil (BSFLO) efektif menurunkan kadar lemak pada ayam broiler yang diberi pakan rendah protein. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bereputasi internasional Poultry Science (Q1), dengan impact factor 3,8.
Dr. Muhsin Al Anas, S.Pt., IPP, peneliti utama, menjelaskan BSF memiliki potensi besar sebagai bahan alternatif dalam formula pakan unggas masa depan.
“Kami ingin menciptakan solusi yang tidak hanya ekonomis, tetapi juga mendukung kesehatan hewan, kualitas daging, dan kelestarian lingkungan,” ujar Muhsin, melansir laman ITB.
Penelitian ini melibatkan 288 ayam broiler yang dibagi ke dalam enam kelompok perlakuan berdasarkan kombinasi kadar protein (tinggi, sedang, rendah) dan jenis minyak (minyak sawit dan BSFLO).
Hasilnya, meskipun pakan rendah protein menurunkan bobot ayam, penambahan BSFLO mampu menekan dampak negatif tersebut. Bahkan, ayam dengan pakan BSFLO menunjukkan feed conversion ratio (FCR) yang lebih efisien, mencerminkan pemanfaatan pakan yang lebih optimal.
“FCR yang membaik menunjukkan peran BSFLO dalam meningkatkan efisiensi energi metabolik ayam,” tambahnya.
Tak hanya berdampak secara fisik, BSFLO juga memengaruhi ekspresi gen terkait metabolisme lemak. Pemberian pakan rendah protein biasanya meningkatkan aktivitas gen pembentuk lemak seperti FAS, ACC, dan SREBP-1.
Namun, penambahan BSFLO justru menurunkan ekspresi gen-gen tersebut. Sebaliknya, gen pemecah lemak seperti CPT-1 dan PPARα meningkat signifikan. Kandungan asam laurat dalam BSFLO diduga berkontribusi dalam menekan produksi kolesterol dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase.
“Melalui pendekatan nutrigenomik, kami membuktikan bahwa BSFLO dapat memengaruhi jalur metabolik pada ayam broiler menuju arah yang lebih sehat,” jelas Muhsin.
Dari sisi kualitas produk, ayam yang mendapat tambahan BSFLO memiliki kadar lemak perut lebih rendah, kadar protein daging lebih tinggi, serta kolesterol yang menurun. Daging yang dihasilkan juga memiliki daya ikat air yang lebih baik saat dimasak, yang merupakan indikator penting dalam penilaian sensorik dan tekstur.
Dalam konteks keberlanjutan, pakan rendah protein terbukti menurunkan kadar nitrogen dan amonia pada litter ayam, dua unsur yang kerap menyebabkan polusi udara di sekitar peternakan.
Meskipun BSFLO tidak secara langsung memengaruhi litter, kombinasi penggunaannya dengan pakan rendah protein menciptakan sistem peternakan yang lebih ramah lingkungan dan nyaman, baik bagi hewan maupun peternak.
“Inovasi ini mendukung misi industri peternakan global untuk menekan dampak lingkungan tanpa mengorbankan produktivitas,” tutur Muhsin.
Baca Juga:
Shredtics, Inovasi Mahasiswa UM: Alat Cacah Plastik Portabel Ramah Lingkungan
PEPHYDTIN-DERM, Inovasi Mahasiswa yang Berhasil Menangkan Perak di Ajang MTE 2025
Penelitian ini menunjukkan komitmen UGM dalam memperkuat ketahanan pangan nasional melalui riset berbasis sumber daya lokal. Pemanfaatan larva BSF dan pendekatan molekuler menjadi bukti bahwa inovasi lokal dapat menjawab tantangan produktivitas, kesejahteraan hewan, dan keberlanjutan lingkungan secara bersamaan.
“Solusi berbasis riset lokal adalah kunci menuju sistem pangan yang mandiri dan berkelanjutan,” tutup Muhsin.
(Virdiya/Aak)