BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa optimistis bahwa nilai tukar rupiah dapat balik menguat pada pekan depan, setelah dalam sepekan terus melemah hingga hampir menyentuh Rp16.800 per dolar AS.
Dalam beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Pada pembukaan perdagangan Jumat (26/9) di Jakarta, rupiah melemah 26 poin atau 0,15 persen menjadi Rp16.775 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.749 per dolar AS.
“Sore ini pasar sudah tutup kan. Senin baru mulai, Selasa atau Rabu harusnya sudah balik,” kata Purbaya di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, melansir Antara, Sabtu (27/9/2025).
Selama sepekan terakhir, rupiah terus berada dalam tren pelemahan. Rupiah tercatat melemah sekitar 1,23 persen dibandingkan dengan pembukaan perdagangan Jumat (19/9). Sedangkan terhadap posisi pembukaan Senin (22/9), pelemahannya mencapai 0,85 persen.
Merespon situasi ini, Menkeu Purbaya merasa tidak khawatir dengan tren pelemahan rupiah. Ia meyakini kebijakannya akan dapat kembali menguatkan nilai tukar rupiah.
“Fondasi ekonomi kita akan membaik terus ke depan. Kita menjalankan kebijakan untuk mendorong ekonomi, nggak main-main,” ujarnya.
Purbya menyampaikan rupiah akan menguat, seiring dengan efektivitas kebijakan fiskal terhadap aktivitas ekonomi.
Baca Juga:
Rupiah Dekati Rp16.800 per Dolar AS, BI Kerahkan Seluruh Instrumen Stabilkan Kurs
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI berkomitmen menjaga stabilitas dengan mengerahkan seluruh instrumen yang dimiliki BI akan dikerahkan, baik di pasar domestik maupun internasional.
“BI menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold,” ujar Perry dalam keterangan tertulis, Jumat (26/9/2025).
Di pasar domestik, bank sentral akan menggunakan instrumennya untuk menjaga nilai rupiah melalui instrumen spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan intervensi di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus-menerus, melalui intervensi non-deliverable forward (NDF).
Perry menegaskan, langkah ini diharapkan dapat menstabilkan nilai tukar rupiah agar kembali ke nilai fundamentalnya.
(Raidi/Budis)