BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID – Sejumlah warga yang tinggal di Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, mengeluhkan kondisi pasokan air bersih yang tidak stabil dari PDAM Tirtawening.
Keluhan tersebut telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan mengharuskan warga setempat untuk menggunakan alat bantu, seperti pompa air, untuk mendapatkan air bersih.
Menurut keterangan seorang warga yang enggan disebutkan namanya, aliran air dari PDAM yang tidak lancar membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
“Kalau mau ada air, harus dibantu pakai alat pompa air, karena aliran air PDAM tidak stabil, jadi harus dibantu pakai alat pompa,” ungkapnya kepada Teropongmedia.id, Selasa (4/12/2024).
Meskipun telah menggunakan pompa air, katanya, aliran air yang keluar masih terhambat dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa mengalir ke rumah-rumah warga.
“Meski sudah pakai pompa air, aliran air tetap gak normal. Masih tersendat-sendat dan lumayan lama juga keluarnya,” katanya.
Kondisi ini semakin terasa sulit pada jam-jam tertentu, terutama pada pagi hari. Warga kebingungan karena mereka harus berebut dengan tetangga lainnya untuk mendapatkan air.
Di tempat tinggalnya, air hanya bisa mengalir setelah disedot menggunakan pompa air pada malam hari, tepatnya sekitar pukul 22.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB dini hari.
“Di tempat saya sendiri, air baru bisa mengalir disedot pakai pompa air antara jam 10 malam, kadang-kadang baru jam 1 dini hari baru bisa mengalir,” ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa pasokan air yang sangat terbatas ini menjadi masalah besar, terutama bagi warga yang memiliki kebutuhan air tinggi untuk mandi, memasak, dan keperluan lainnya.
Warga tersebut berharap agar PDAM Tirtawening segera menstabilkan aliran air agar tidak perlu lagi bergantung pada alat bantu seperti pompa.
“Harapannya sih, air bisa mengalir normal tanpa harus ada alat bantu pompa air. Karena bayar listrik untuk pompa, bayar air PDAM juga, jadi pembayarannya jadi double, kan,” keluhnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa penggunaan pompa air ini mengakibatkan biaya pengeluaran yang semakin membengkak.
BACA JUGA: Ratusan Warga Keluhkan Air PDAM yang Terhambat
Selain itu, dalam kondisi tertentu, warga juga terpaksa membeli air dalam bentuk dirigen dengan harga Rp 5.000 per dirigen untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Kadang-kadang saya terpaksa beli air per dirigen, harganya 5 ribu. Sehari bisa beli 5 sampai 7 dirigen untuk kebutuhan sehari-hari,” kata warga lain yang turut merasakan kesulitan yang sama.
Air yang mereka beli digunakan untuk berbagai keperluan penting, seperti mandi, memasak, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Mereka merasa kecewa, karena dalam beberapa kondisi, mereka benar-benar terpaksa mengandalkan air galon atau dirigen untuk memenuhi kebutuhan.
Dengan situasi ini, para warga berharap agar PDAM Tirtawening segera mengambil langkah konkret untuk memperbaiki distribusi air agar tidak ada lagi gangguan yang merugikan masyarakat.
Mereka juga berharap agar pemerintah setempat dapat memberikan perhatian lebih terhadap kondisi ini, mengingat air bersih adalah kebutuhan dasar yang tidak bisa ditunda.
(Rizky/Budis)