JAKARTA,TM.ID: Indonesia semakin mantap meraih predikat sebagai kiblat fesyen muslim dunia setelah melihat karya anak bangsa beberapa tahun terakhir.
Cita-cita itu makin diperkuat oleh pernyataan Wakil Presiden Ma’ruf Amin kala membuka pagelaran Jakarta Muslim Fashion Week 2023 beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu, ia mengutarakan keinginannya menjadikan Jakarta ataupun kota lainnya di Indonesia bisa menempati posisi pertama dalam hal fesyen muslim layaknya prestasi London, Paris, hingga New York yang sudah lama menjadi kiblat fesyen global.
Pernyataan tersebut diutarakan bukan tanpa alasan, dalam sepuluh tahun terakhir industri fesyen muslim di Tanah Air berkembang sangat pesat.
Dimulai dari kontribusi bagi perekonomian di lingkungan sekitar lokasi usaha, fesyen muslim memainkan peran yang signifikan dalam hal ekspor.
Tercatat dalam neraca perdagangan semester pertama 2022, kontribusi fesyen muslim tergolong signifikan dengan nilai mencapai 2,8 miliar dolar AS atau setara Rp43,5 triliun.
Nilai tersebut naik 39,86 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2021 yang sebesar 2,04 miliar dolar AS.
Pertumbuhan industri fesyen muslim itu juga tak terlepas dari makin banyaknya kontribusi pelaku usaha dan desainer lokal yang terus berkembang secara kreatif.
Pada sejumlah pagelaran fesyen kelas internasional pun mulai banyak desainer dan jenama fesyen lokal Indonesia ikut ambil bagian mengenalkan fesyen muslim Indonesia.
Sebut saja seperti desainer Itang Yunasz yang karyanya melenggang bersama model di New York Fashion Week (NYFW) 2019, lalu ada jenama Khanaan dan Vivi Zubedi yang tampil di Dubai Fashion Week (DMFW) 2021.
Terbaru ada jenama Klamby yang memadukan tenun dan juga modest wear untuk dipamerkan di London Fashion Week 2022.
Dengan langkah tersebut, semakin dekat impian Indonesia untuk menjadi pusat tren fesyen muslim dunia.
Dalam “State of the Global Islamic Economy Report” pada 2022, tercatat secara global modest fashion yang identik dengan pakaian muslim mengambil peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Menempati posisi ketiga sebagai industri yang paling diminati masyarakat muslim di seluruh dunia, pada 2021 tercatat modest fashion meraih pendapatan 295 miliar dolar AS secara global.
Pada 2025, angka itu diperkirakan akan bertumbuh hingga 6,1 persen di 2025 dengan nilai sebesar 375 miliar dolar AS.
Pemekaran potensi fesyen muslim Tanah Air menjadi kunci untuk mencapai cita-cita memimpin pasar global.
Berbagai kementerian, dinas, dan lintas sektor saling berkolaborasi untuk menghadirkan pekan mode.
Panggung itu tidak hanya menjadi ajang apresiasi dalam berkarya bagi pelaku industri, tapi juga dapat menciptakan standar bagi fesyen muslim dan mampu menstimulasi pertumbuhan talenta kreatif di industri ini.
Sebut saja seperti Muslim Fashion Festival (MUFFEST) yang melibatkan Kementerian Perindustrian hingga Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) yang digelar oleh Kementerian Perdagangan.
Dukungan pemerintah dalam hal lain seperti peningkatan kapasitas untuk manajemen bisnis hingga membuka akses pasar yang lebih luas bagi pelaku usaha juga perlu diperbanyak.
Seperti diakui pendiri jenama fesyen muslim Kami, Istafiana Candarini, bahwa pemerintah sudah mengambil banyak peran dalam pengembangan kapasitas yang sangat bermanfaat bagi pelaku usaha UMKM fesyen.
“Kami cukup banyak mendapatkan akses ke pelaku industri terkait seperti pengusaha benang ataupun kain karena adanya kontribusi pemerintah yang menjembatani dirinya untuk berkolaborasi,” katanya, melansir Antara.
Selain dukungan dari pemerintah, pemekaran potensi fesyen muslim juga harus dilakukan secara proaktif oleh para pelaku usahanya.
Kolaborasi kini diibaratkan sebagai simbiosis mutualisme dalam praktik biologi. Artinya, kedua belah pihak yang terlibat saling diuntungkan.
Bagi dua pihak pelaku usaha, adanya kolaborasi bisa menjadi ajang untuk saling memantaskan diri. Memantaskan diri dalam artian menghadirkan standar terbaik untuk produknya atau saling memberi masukan untuk ide kreatif yang akan menjadi karya.
Dalam pemekaran potensi fesyen muslim, pelaku usaha juga bisa mengambil peluang dari sisi budaya. Wastra khas dari berbagai daerah di Indonesia bisa dimanfaatkan untuk menjadi dasar pembuatan produk fesyen muslim.
Sebagai contoh ada batik dan tenun yang sudah tersebar di berbagai daerah di Nusantara. Warisan budaya itu bisa diolah menjadi lebih indah dengan ide-ide kreatif para pelaku industri lokal.
(Agung)