CIREBON, TEROPONGMEDIA.ID — Suasana sakral mengalir di Keraton Kanoman saat ratusan pasang mata dan hati terpaku pada pembacaan Babad Cirebon.
Tradisi tahunan Maca Babad Cirebon ini bukan sekadar ritual pengingat sejarah, melainkan ruang refleksi untuk menyerap kearifan leluhur yang telah membentuk identitas masyarakat Cirebon.
“Babad Cirebon adalah cermin budaya yang tak hanya menceritakan masa lalu, tapi juga menjadi penuntun langkah kita ke depan,” ujar Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, dalam sambutannya, dkutip Selasa (8/7/2025).
Di tengah gempuran modernisasi, tradisi ini diharapkan mampu mengokohkan karakter generasi muda sekaligus merawat semangat kebangsaan yang diwariskan pendiri kota.
Pemerintah Daerah pun menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kesultanan Kanoman yang konsisten melestarikan tradisi ini.
“Kami berharap generasi muda Cirebon tak pernah kehilangan kebanggaan akan sejarah dan budayanya sendiri,” tambahnya.
Momen HUT ke-598 Cirebon ini diharapkan menjadi titik tolak untuk bersyukur, berkontemplasi, dan berbenah diri.
Dengan semangat “Cirebon Mayungi lan Nyumponi” (Cirebon Melindungi dan Memenuhi), seluruh elemen masyarakat diajak untuk bersama-sama merawat dan memajukan kota tercinta ini.
Di akhir acara, doa dan harapan untuk kemajuan Cirebon mengudara, disertai keyakinan bahwa nilai-nilai luhur yang tertanam dalam Babad Cirebon akan terus hidup dalam setiap langkah pembangunan kota.
BACA JUGA
Museum Bandar Cimanuk: Menyusuri Jejak Sejarah Indramayu
Tarawangsa: Dimensi Kosmologis yang Bukan Sekedar Karya Seni dalam Budaya Sunda
Tentang Babad Cirebon
Mengutip laman UIN Syekh Nurjati, Babad Cirebon menghadirkan kisah legendaris tentang kelahiran kota Cirebon yang rutin dibacakan di Keraton Kanoman setiap 1 Muharram, bertepatan dengan hari jadi kota.
Tradisi ini menjadi sarana penting untuk melestarikan warisan budaya sekaligus menanamkan nilai-nilai moral yang semakin relevan di zaman modern.
Melalui tokoh pendiri Cirebon, Pangeran Walangsungsang, kisah ini mengajarkan berbagai kebajikan hidup yang mencakup delapan nilai utama: tanggung jawab, kejujuran, toleransi, penghormatan, kerja keras, kasih sayang, religius, dan semangat tolong-menolong.
Naskah kuno ini membuktikan bahwa Babad Cirebon bukan sekadar catatan sejarah, melainkan pedoman hidup yang terus menginspirasi generasi penerus untuk mempertahankan jati diri dan kearifan lokal.
(Aak)