Kemenkes: DBD di Indonesia kini Semakin Sulit Didiagnosis

DBD di Jabar
DBD di Indonesia kini Semakin Sulit Didiagnosis. (halodoc)

Bagikan

JAKARTA,TM.ID: Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan, saat ini tidak mudah buat dokter mendiagnosis seseorang mengidap penyakit DBD. Menurutnya,penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia kini semakin menemukan tantangan.

“Dari sisi perkembangan gejala penyakit, dahulu untuk mendiagnosis DBD itu mudah. Tinggal pasang tensi, langsung gejala di lipatan itu bisa dihitung. Sekarang sudah susah karena biasanya pasien itu sakit tanpa gejala,” kata Maxi dalam konferensi pers Takeda bertema “Ayo 3M Plus Vaksin DBD” di Hotel Raffles Jakarta pada Rabu (27/9/2023)

Menurut Maxi, nyamuk saat ini tidak hanya berkembang biak di air yang bersih, juga bisa ditemukan di air yang kotor.

BACA JUGA :Mitos Kafein Bagi Kesehatan yang Perlu Kamu Tahu!

“Tantangan utama memang dilihat dari epidemiologi penyakit, dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Dahulu, nyamuk sumber penyebarannya itu di air bersih, sekarang dari air kotor juga, bahkan air di belakang kulkas dan AC, itu bisa ada jentik,” katanya.

Maxi menambahkan, jika dahulu pasien DBD sebagian besar terdiri dari usia anak, saat ini rentang usia pasien meluas ke orang dewasa.

“Dahulu lebih banyak anak-anak, sekarang semua kelompok umur. Meskipun masih presentasi tertinggi pasien itu usianya di bawah 15 tahun,” kata Maxi.

Dia menuturkan, inovasi program pencegahan dalam memerangi DBD saat ini pun dianggap belum maksimal.

“Tantangan dari sisi program, paling murah dan efisien tentu kebersihan lingkungan dan memberantas jentik. Sudah ada gerakan satu rumah satu jumantik, tetapi memang program ini tidak berlangsung secara berkelanjutan,” tutur Maxi.

Maxi mengajak masyarakat untuk bersiap mencegah perkembangbiakan nyamuk dalam waktu dekat dengan membersihkan seluruh sudut rumah dan lingkungan sekitar, khususnya yang berpontensi menjadi genangan air.

Pasalnya, ia mengkhawatirkan bahwa telur nyamuk akan segera menjadi larva (jentik) saat terkena air atau hujan, yang diprediksi akan terjadi dalam waktu dekat.

“Pengaruh El Nino terhadap DBD dan malaria sangat besar. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), September adalah puncak musim panas, kemudian diikuti oleh musim hujan. Biasanya, kasus DBD meledak di akhir dan awal tahun. Kami sudah mengeluarkan surat peringatan kepada daerah-daerah terkait kewaspadaan,” tambah Maxi.

 

(Usamah)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
jamie-vardy-leicester-city-celebrates-966857523-4258622712
Usia Hanya Angka, Jamie Vardy Samai Rekor Cristiano Ronaldo
Lionel Messi
Lionel Messi Dikecam Usai Aksi Kontroversial Terhadap Penggemar Meksiko
Selancar di Pantai Indonesia
6 Pantai di Indonesia dengan Ombak Terbaik untuk Selancar
Kelenteng Welahan Jepara
5 Fakta Menarik Kelenteng Welahan di Jepara
Jenis papan selancar
Pemula Wajib Tahu! Ini 5 Jenis Papan Selancar Buat Hobi Surfing

1

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

2

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

3

P2MI: Penembakan WNI di Malaysia Tindakan Berlebihan

4

Kesulitan Akses SATUSEHAT Mobile, Cek Aplikasi Versi Terbaru!

5

Agung Yansusan Tegaskan Stop Normalisasi Pakaian Seksi di Tempat Umum
Headline
Radja Nainggolan Kokain
Pemain Keturunan Indonesia Radja Nainggolan Terjerat Kasus Kokain, Diringkus Polisi Belgia!
034383500_1436196449-Emilia_Contessa
Legenda Musik Indonesia Emilia Contessa Meninggal Dunia di Usia 68 Tahun
Aksi Pemain Persib di Fashion Show Rawtype Riot
Aksi Pemain Persib di Fashion Show Rawtype Riot
Peringati Isra Miraj dan Harlah ke 90
Peringati Isra Miraj dan Harlah ke 90, Al Ittihadiyah Bentuk Pemuda Jadi Calon Pemimpin Melalui Pengembangan Masjid di Indonesia

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.