BANDUNG, SUAR MAHASISWA AWARDS — Ditengah pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi, gim daring telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak masa kini. Salah satu platform yang mencuri perhatian global adalah Roblox, sebuah dunia virtual di mana penggunanya—mayoritas anak-anak dan remaja—dapat bermain, menciptakan, dan berinteraksi dalam berbagai jenis permainan.
Meski menawarkan manfaat edukatif dan sosial, meningkatnya durasi bermain Roblox secara berlebihan menimbulkan kekhawatiran baru: kecanduan digital dan dampaknya terhadap kesehatan mental anak.
Dunia Menyenangkan yang Sulit Dilepaskan
Roblox bukan sekadar gim biasa. Dengan fitur user-generated content, anak-anak dapat merancang dunia mereka sendiri, mencoba berbagai karakter, hingga berkomunikasi dengan pemain dari seluruh dunia. Menurut laporan internal Roblox Corporation pada awal 2025, lebih dari 80 juta pengguna aktif harian berasal dari kalangan usia 7 hingga 17 tahun.
Namun, di balik kebebasan dan kreativitas yang ditawarkan, anak-anak semakin sulit lepas dari layar. Fenomena ini dikaitkan dengan loop of instant reward—di mana setiap pencapaian dalam gim menghasilkan kepuasan instan yang memicu keinginan untuk terus bermain. Inilah yang kemudian mengarah pada kecanduan perilaku.
Tanda-Tanda Kecanduan Digital pada Anak
Para psikolog anak telah mengidentifikasi sejumlah tanda kecanduan Roblox, antara lain:
Kesulitan berhenti bermain meski sudah diingatkan Mengabaikan kewajiban sekolah atau aktivitas sosial
Mudah marah atau cemas jika tidak bisa bermain Waktu tidur yang terganggu Ketergantungan emosional terhadap dunia virtual. Menurut dr. Riska Aryanti, M.Psi, psikolog anak dari Universitas Indonesia, “Kecanduan pada Roblox mirip dengan kecanduan media sosial—bukan hanya soal durasi bermain, tetapi bagaimana anak mulai menggantungkan rasa aman dan harga dirinya pada dunia maya.”
Dampak Kesehatan Mental yang Tak Bisa Diabaikan Studi yang dilakukan oleh Lembaga Riset Psikologi dan Media Digital (2024) menyatakan bahwa anak-anak yang bermain Roblox lebih dari 3 jam per hari tanpa pendampingan memiliki risiko 2,5 kali lebih besar mengalami gangguan kecemasan, depresi ringan, serta isolasi sosial dibandingkan anak-anak yang penggunaannya terbatas dan diawasi.
Sementara itu, data dari Kementerian Kominfo tahun 2023 menunjukkan peningkatan sebesar 35% laporan kasus cyberbullying dan konten tidak layak dalam platform gim daring, termasuk Roblox.
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
Kunci utama dalam mengatasi kecanduan ini adalah pendampingan aktif dari orang tua. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
- Batasi waktu bermain dengan aturan jelas (misalnya maksimal 1 jam per hari).
- Diskusikan isi permainan dan libatkan anak dalam percakapan tentang etika digital.
- Dorong aktivitas offline yang seimbang, seperti bermain di luar rumah, membaca, atau olahraga.
- Gunakan fitur parental control yang tersedia di Roblox.
- Pantau interaksi sosial anak dalam gim, terutama saat bermain dengan orang asing.
- Regulasi dan Tanggung Jawab Bersama
- Pemerintah Indonesia, melalui Kominfo dan Kemendikbudristek, tengah menyusun Pedoman Literasi Digital
- Anak dan Remaja 2025, yang menyoroti pentingnya edukasi digital dan keamanan daring. Namun, peran utama tetap ada pada keluarga dan institusi pendidikan.
Menurut Prof. Sugiyono (2023) dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif dan Kombinasi, “Fenomena digital membutuhkan pendekatan ekosistem—tidak bisa diselesaikan secara sektoral.” Artinya, penanggulangan kecanduan gim seperti Roblox harus melibatkan sinergi antara orang tua, sekolah, pemerintah, dan platform teknologi itu sendiri.
Penulis:
Fadila Fujiyanti