BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Buat kamu yang butuh bacaan bernuansa tenang tetapi tetap mengandung makna dalam, Pupuh Gambuh bisa jadi pilihan.
Berbeda dengan Pupuh Durma yang blak-blakan, Pupuh Gambuh lebih kalem, lembut, dan sering dilantunkan buat menyampaikan ajaran hidup, nilai kebijaksanaan, atau pesan moral yang halus tapi ‘ngena’.
Sejarah Singkat Pupuh Gambuh
Dalam tradisi sastra Sunda maupun Jawa, Pupuh Gambuh termasuk pupuh yang bersifat reflektif dan kontemplatif. Kata “gambuh” sendiri punya arti ‘menyambung’ atau ‘berhubungan’.
Menyambung atau berhubungan itu menggambarkan makna dalam pupuh Gambuh, yakni menghubungkan pikiran dengan hati, ajaran dengan tindakan.
Sejak zaman naskah-naskah kuno, Pupuh Gambuh digunakan untuk menyampaikan wejangan spiritual atau kebijakan hidup yang tidak menggurui, tapi justru menenangkan.
Maka, pupuh ini sering muncul dalam cerita-cerita legenda atau wawacan yang mengandung nilai moral tinggi, terutama buat anak muda yang lagi mencari arah hidup.
BACA JUGA
Lirik Pupuh Sinom Sunda: Puisi yang Menggambarkan Keindahan dan Kasih Sayang
Bukan Pupuh Biasa, Pupuh Pangkur Bawa Karakter Berani dan Tegas!
Pengertian Pupuh Gambuh
Seperti jenis pupuh lainnya, Pupuh Gambuh terikat oleh aturan guru wilangan (jumlah suku kata) dan guru lagu (bunyi akhir). Satu bait Pupuh Gambuh terdiri dari 5 baris, dengan pola:
7-u, 10-u, 12-i, 8-u, 8-a
Pola ini bikin nadanya terasa tenang tapi tetap berkesan. Cocok buat renungan atau pesan hidup yang dalam.
Contoh Lirik Pupuh Gambuh Sunda
Contoh 1
Tong asa bisa sagalana (7 – u)
Mun taya elmu di dada (10 – u)
Sagalana bakal leungit (12 – i)
Kacida ruksak ahlakna (8 – u)
Lamun embung diajar (8 – a)
Contoh 2
Jalma kudu diajar sabar (7 – u)
Ulah gampang kagoda dunya (10 – u)
Nu disangka bagja kadang (12 – i)
Taya hasilna salawasna (8 – u)
Leuwih hade ngalalana (8 – a)
(Daniel Oktora Saragih/Magang/Aak)