BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Banyak nelayan yang tanpa sadar melewatkan peluang ekonomi dari kepiting soka yang ikut terjaring saat melaut.
Nelayan akan langsung melepaskan biota ini kembali ke laut tanpa mengetahui nilai jualnya yang tinggi. Menyikapi hal tersebut, Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Group untuk menghadirkan inovasi berupa apartemen kepiting soka.
Tenaga Ahli Departemen Biologi ITS, Nova Maulidina Ashuri SSi MSi, menjelaskan program ini selaras dengan misi ITS dalam mengentaskan kemiskinan serta mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Inisiatif ini juga sejalan dengan beberapa Sustainable Development Goals (SDG), yakni SDG1 (penghapusan kemiskinan), SDG8 (pertumbuhan ekonomi), SDG10 (pengurangan kesenjangan), dan SDG17 (kemitraan untuk mencapai tujuan).
Nova yang akrab disapa Dina menjelaskan, apartemen kepiting soka merupakan sistem akuakultur vertikal dalam ruangan. Metode ini hadir untuk meningkatkan produktivitas budidaya kepiting soka dengan memanfaatkan ruang secara lebih efisien. Dalam penerapannya, sistem ini menggunakan kandang plastik berukuran 25 cm x 25 cm x 30 cm dengan susunan bertingkat di atas rak.
“Struktur ini memungkinkan pemanfaatan ruang secara optimal tanpa mengorbankan kualitas budidaya kepiting soka,” ujarnya, mengutip laman resmi ITS, Rabu (12/2/2025).
Selain efisiensi ruang, inovasi ini juga mengandalkan teknologi Sistem Akuakultur Resirkulasi (Recirculating Aquaculture System atau RAS). Teknologi ini memungkinkan penggunaan air secara lebih hemat dengan sistem penyaringan dan daur ulang untuk menjaga kualitas air tetap stabil.
Dengan kondisi lingkungan yang lebih terkontrol, siklus pergantian cangkang dan panen kepiting soka menjadi lebih cepat. Hal ini tentu meningkatkan daya saing produk di pasar.
Pendampingan Nelayan untuk Budidaya Berkelanjutan
ITS tidak hanya menyediakan inovasi teknologi, tetapi juga aktif dalam memberikan pelatihan, pendampingan teknis, serta pemantauan perkembangan budidaya kepada kelompok nelayan. Selain itu, para nelayan mendapatkan kesempatan untuk berkonsultasi mengenai kendala teknis yang dihadapi di lapangan.
“Kami juga membantu perencanaan anggaran agar para nelayan bisa mengembangkan usaha ini secara mandiri dan berkelanjutan,” tambahnya.
Salah satu daerah percontohan program ini berada di sekitar Terminal Teluk Lamong, Tambak Osowilangun, Surabaya. Solichan, seorang nelayan pembudidaya kepiting soka di daerah tersebut, mengungkapkan inovasi hasil kerja sama ITS dan Pelindo Group memberikan dampak besar bagi usahanya. Masalah tingginya tingkat kanibalisme antar kepiting serta risiko banjir rob yang sering mengganggu produktivitas panen kini dapat teratasi.
BACA JUGA: Terbaik dalam Pengelolaan Anggaran, ITS Boyong Dua Penghargaan dari Menteri Keuangan RI
Solichan berharap kedepannya inovasi ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat lebih luas bagi nelayan dan masyarakat. Menurutnya inovasi apartemen kepiting soka ini akan membuat sistem budidaya kepiting ini lebih terstruktur dan bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi nelayan.
(Virdiya/Budis)