BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Skenario disiapkan Bank Indonesia untuk mengantisipasi kebijakan bank sentral AS mengenai suku bunganya. Kamis kemarin, risalah hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal bulan Mei 2024, kembali memicu ketidapastian suku bunga.
“Di bulan April kemarin, kami sudah membuat skenario, base-line skenarionya, suku bunga The Fed turun hanya sekali. Sedangkan potential-risk skenarionya, suku bunga The Fed tidak turun di tahun ini,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam keterangan hasil Rapat Dewan Gubenur bulan Mei 2024.
Menurut Perry, menaikkan suku bunga BI menjadi 6,25 persen di bulan April kemarin merupakan langkah antisipasi BI. Yaitu respon terhadap kemungkinan potential-risk kalau suku bunga AS tidak turun tahun ini.
“Inilah yang disebut langkah pre-emptive dan forward looking. Supaya dampak potential risk-nya bisa lebih awal dimitigasi,” ucapnya.
Hingga pengumuman hasil RDG, BI masih melihat kemungkinan suku bunga The Fed turun sekali di tahun ini. Artinya, lebih mengarah ke skenario base-line.
“Perkiraan itu berdasarkan bacaan kita (BI) terhadap berbagai data ekonomi Amerika Serikat. Juga pernyataan-pernyataan dari sejumlah pejabat bank sentral AS,” ujar Gubernur Perry.
BACA JUGA: Hoaks Uang Baru, Bank Indonesia Pastikan Uang Pecahan 1.0 Hanya Contoh
Dengan perkiraan itu, BI merasa kebijakan menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin di bulan April sudah cukup. Utamanya untuk menarikan aliran masuk modal portfolio asing, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan laju inflasi.
Lebih lanjut, Gubernur BI menegaskan, di RDG bulanan selanjutnya BI akan melakukan asesmen lagi. Berdasarkan perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat maupun global.
(Usk)