BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Penyakit ice-ice sejak lama menjadi momok bagi para pembudidaya rumput laut di Pulau Saseel, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Wabah ini menyebabkan batang rumput laut memutih, membusuk, lalu patah, sehingga produksi panen anjlok setiap musim. Perubahan suhu, arus, dan salinitas air secara mendadak kerap menjadi pemicu utama kemunculan penyakit tersebut.
Selama bertahun-tahun, keterbatasan akses teknologi membuat para nelayan setempat hanya mengandalkan cara tradisional, seperti merendam bibit rumput laut dengan deterjen rumah tangga. Meski dianggap mampu mengurangi serangan ice-ice, metode ini tidak konsisten dan berpotensi merusak ekosistem laut.
Melihat kondisi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) yang tergabung dalam program Kampestan Social Scientific Expedition (KSSE) Vol. 8 menghadirkan inovasi ramah lingkungan. Mereka menggunakan metode perendaman bibit dengan larutan pupuk makro yang terdiri dari urea, TSP, dan SOP.
Koordinator Bidang Penelitian KSSE Vol. 8, Firnanda Dwi Rahmawati, menjelaskan bahwa metode ini diadaptasi dari penelitian Maryunus (2018) dan telah disesuaikan dengan kondisi bibit serta karakter perairan setempat. Berdasarkan uji coba pada Juli hingga Agustus 2025, bibit sakit yang direndam selama enam jam di wadah steril mampu pulih sepenuhnya dan kembali tumbuh subur. Sementara itu, bibit sehat cukup direndam selama dua menit untuk hasil optimal. Sebaliknya, perendaman di wadah tidak steril selalu gagal meski komposisi pupuk sama.
Selain penyakit ice-ice, pembudidaya rumput laut di Saseel juga menghadapi ancaman hama laut, mulai dari larva bulu babi yang nyaris tak terlihat hingga penyu hijau yang sering muncul saat purnama. Pola serangan hama bervariasi tergantung musim, sehingga diperlukan strategi tambahan, seperti pemasangan pagar jaring di area budidaya untuk menghalau hama berukuran besar.
Baca Juga:
“Bawal Cipanjalu”: Inovasi Mahasiswa UHS Ubah Waluh Siam Jadi Cemilan Balado Bernilai Tinggi
Celup Puting Daun Sirih, Inovasi Mahasiswa IPB untuk Peternak Sapi Perah
“Inovasi ini diharapkan dapat diadopsi luas oleh pembudidaya. Selain efektif mengatasi ice-ice, metode ini aman bagi lingkungan dan membantu menjaga keseimbangan ekosistem laut,” kata Firnanda, Selasa (12/8/2025).
Inovasi ini menjadi bukti bahwa sinergi antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal mampu membawa perubahan positif bagi masa depan nelayan pesisir.
(Virdiya/Aak)