BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Harga minyak mentah dunia naik pada awal perdagangan Senin (28/7/2025) menyusul pengumuman kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik tipis 22 sen atau 0,32 persen menjadi $68,66 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 22 sen atau 0,34 persen hingga berada pada level $65,38 dolar AS per barel.
Kenaikan harga ini terjadi usai Presiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa yang ditandatangani pada hari Minggu (27/7/2025).
Berdasarkan hasil kesepakatan tersebut, AS akan memberlakukan tarif impor sebesar 15% terhadap sebagian besar barang Eropa. Nilai tarif ini setengah lebih rendah dari ancaman sebelumnya dari Trump yang akan mengenakan tarif sebesar 30%.
Kesepakatan perdagangan AS-Uni Eropa ini telah mencegah perang dagang yang lebih besar antara dua sekutu yang menguasai hampir sepertiga perdagangan global dan dapat menekan permintaan bahan bakar dunia.
Baca Juga:
BPS Sebut Timah Bangka Belitung Jadi Penentu Harga Global
Harga Batu Bara Acuan (HBA) Periode Kedua Juli Anjlok ke 97,65 Dolar AS per Ton
Disisi Investor, perkembangan ini telah memicu optimisme terkait menurunnya ketegangan perdagangan global yang berpotensi memperkuat harapan terhadap permintaan minyak.
Selain kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa, Investor juga tengah memantau pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok yang dijadwalkan berlangsung hari Senin ini. Negosiator senior AS dan China dijadwalkan bertemu di Stockholm untuk membahas kemungkinan perpanjangan damai perang tarif sebelum tenggat 12 Agustus.
Pengusaha berharap perpanjangan damai antara dua konsumen minyak terbesar di dunia bertambah selama 90 hari lagi.
Meskipun harga meningkat sedikit pada perdagangan hari Senin, kenaikan harga ini dibatasi oleh prospek OPEC+ yang melonggarkan pembatasan pasokan.
Investor masih menunggu rilis prakiraan produksi OPEC bulan Juli yang dapat memberikan gambaran sejauh mana peningkatan produksi anggota OPEC.
(Raidi/Budis)