BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Harga Bitcoin (BTC) aset kripto papan atas diprediksi melemah usai Halving yang terjadi akan sekitar 19-20 April mendatang.
Hal itu diungkap JPMorgan, perbankan yang berbasis di Wall Street, Amerika Serikat.
Sebagai informasi, halving merupakan peristiwa yang memperlambat laju pertumbuhan pasokan Bitcoin.
Melansir Bitcoin.com, Minggu (21/4/2024), JPMorgan melihat penurunan pada Bitcoin setelah halving karena pasar masih dalam kondisi overbought (jenuh beli).
Selain itu, harga mata uang kripto sekitar USD 61,200 masih di atas perbandingan yang disesuaikan dengan volatilitas bank dengan emas, yang menetapkannya pada USD 45,000, dan proyeksi biaya produksi sebesar USD 42,000 setelah halving, menurut JPMorgan.
Biaya produksi bitcoin secara historis bertindak sebagai batas bawah harga BTC.
Bank tersebut juga mencatat bahwa pendanaan modal ventura tetap lemah meskipun pasar kripto baru-baru ini bangkit kembali.
Analis kripto JPMorgan, yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou mengungkapkan bahwa dampak terbesar dari halving ini akan dirasakan oleh perusahaan pertambangan.
“Ketika penambang Bitcoin yang tidak menghasilkan keuntungan keluar dari jaringan Bitcoin, kami mengantisipasi penurunan signifikan dalam hashrate dan konsolidasi di antara para penambang dengan pangsa tertinggi di antara penambang Bitcoin yang terdaftar di bursa,” Tulis JPMorgan.
BACA JUGA: Rupiah Babak Belur Dihajar Dolar AS, Apa Tindakan KKSK?
“Pasca peristiwa halving, ada kemungkinan juga bahwa beberapa perusahaan penambangan Bitcoin akan melakukan diversifikasi ke wilayah berbiaya energi rendah seperti Amerika Latin atau Afrika untuk menggunakan rig penambangan mereka yang tidak efisien guna mendapatkan nilai sisa dari rig tersebut yang seharusnya tidak digunakan,” Tambahnya.
(Dist)