BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Di antara hiruk pikuk job fair yang ramai dengan suara dan percakapan, seorang gadis muda berdiri dengan tenang.
Senyumnya tulus, matanya berbinar seolah ingin bicara banyak hal yang tak bisa ia ucapkan. Namanya Anastasia Natania F, atau yang akrab dipanggil Tasya.
Usianya baru 21 tahun, namun langkahnya dalam mencari pekerjaan sudah ia ayunkan sejak lulus sekolah dua tahun lalu.
Tasya adalah penyandang tunarungu. Ia tak bisa bicara, tak bisa mendengar, tetapi tak pernah kehilangan semangat untuk hidup mandiri.
Didampingi sahabatnya sesama alumni SLB Negeri Sukapura, Tasya hadir dalam bursa kerja yang digelar Pemkot Bandung, membawa harapan, semoga ada satu pintu yang terbuka untuknya, dan untuk mereka yang selama ini sering terabaikan.
“Sudah lebih dari 30 tempat saya lamar, paling banyak di kedai kopi. Tapi belum ada yang menerima. Mungkin belum rezeki, tapi saya akan terus mencoba,” tulis Tasya melalui aplikasi perpesanan Andoid, Selasa (17/6/2025).
Baca Juga:
Pemkot Bandung Kembali Gelar Job Fair, Suguhkan 4.200 Loker
Sejak 2022, Tasya tak pernah berhenti mencoba. Ia mencari info lowongan, menyusun lamaran, bahkan belajar dari setiap penolakan.
Bagi sebagian orang, kegagalan bisa mematahkan semangat. Tapi bagi Tasya, setiap penolakan justru menjadi bahan bakar untuk terus melangkah.
“Yang penting tetap berjuang. Jangan menyerah,” ungkapnya dengan mantap.
Bagi Tasya, datang ke job fair bukan hanya untuk dirinya sendiri. Ia membawa harapan kolektif, bahwa penyandang disabilitas seharusnya tidak hanya menjadi penonton dalam dunia kerja. Mereka siap bekerja, mereka hanya butuh kesempatan.
“Saya harap pemerintah, terutama Pak Wali Kota Bandung, bisa lihat kami. Kami mampu, kami mau bekerja. Tolong beri kami ruang,” tulisnya.
Bersama sahabatnya, Shilvia, Tasya ingin dunia mengenal mereka bukan karena keterbatasan, tapi karena semangat dan kemampuan.
Mereka ingin membuktikan bahwa ketulusan bekerja dan kemauan belajar tak harus disuarakan lewat kata.
Di tengah lalu-lalang para pencari kerja, Tasya dan banyak orang sepertinya berdiri teguh. Mereka mungkin tak bisa bicara keras, tapi perjuangan mereka berteriak lewat diam yang penuh ketekunan.
“Semoga suatu hari ada yang melihat kami bukan sebagai beban, tapi sebagai bagian dari solusi,” ucap Tasya, lewat sorot mata penuh harap.
(Kyy/Budis)