BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Dalam era digital, kebebasan berpendapat dan berkomentar di media sosial sering kali disalahgunakan untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain, termasuk melalui penggunaan kata-kata yang tidak pantas.
Salah satu istilah yang menjadi sorotan akhir-akhir ini adalah “tobrut”, yang mulai dianggap sebagai bentuk pelecehan verbal terhadap perempuan.
Penggunaan istilah ini kini dapat dikenai sanksi serius di bawah payung hukum Indonesia.
Menurut Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) No. 12 Tahun 2022 Pasal 5, setiap tindakan pelecehan seksual non-fisik, termasuk penggunaan bahasa yang merendahkan atau melecehkan berdasarkan seksualitas dan kesusilaan, dapat dikenai hukuman pidana. Pasal tersebut berbunyi:
“Setiap orang yang melakukan perbuatan seksual secara non-fisik yang ditujukan terhadap tubuh, keinginan seksual, dan atau organ reproduksi dengan maksud merendahkan harkat dan martabat seseorang berdasarkan seksualitas dan atau kesusilaannya, dipidana karena pelecehan seksual non-fisik, dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) bulan dan atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)”.
Dengan dasar hukum ini, siapa pun yang menggunakan istilah “tobrut” dalam konteks yang merendahkan atau menyerang perempuan secara verbal dapat dikenakan denda hingga Rp 10 juta atau hukuman penjara hingga sembilan bulan.
BACA JUGA: Tren Viral ‘Aku Gak Bisa Yura’ Mengguncang Media Sosial
Ketua Sub Komisi Pendidikan Komnas Perempuan, Alimatul Qibtiyah, juga memberikan peringatan keras terkait penggunaan istilah tersebut.
Ia menegaskan bahwa penggunaan istilah “tobrut” untuk memanggil seorang perempuan masuk dalam kategori kekerasan seksual non-fisik karena hal ini merupakan bentuk penyerangan atau merendahkan tampilan fisik seseorang.
“Kalau itu kita gunakan (istilah ‘tobrut’), itu masuk kategori kekerasan seksual non-fisik karena kita melakukan penyerangan atau merendahkan tampilan fisik seseorang karena dianggap tidak sesuai dengan standar tertentu,” jelas Alimatul melalui akun Instagramnya, dikutip Rabu (14/8/2024).
Unggahan tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan kata-kata, terutama di media sosial.
Ia berharap bahwa dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan bahasa yang baik, rasa aman dan nyaman dalam berinteraksi di dunia digital dapat tercipta.
Langkah ini diambil sebagai bentuk perlindungan terhadap martabat perempuan dan sebagai upaya untuk mencegah pelecehan verbal, baik di dunia nyata maupun online.
Untuk memastikan bahwa aturan ini efektif, edukasi dan kesadaran masyarakat sangatlah penting. Masyarakat perlu memahami bahwa kata-kata yang digunakan memiliki dampak besar terhadap orang lain.
Menghormati sesama dan menggunakan bahasa yang santun harus ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun melalui kampanye sosial.
Pengguna media sosial, khususnya generasi muda, harus disadarkan bahwa berkomunikasi dengan baik dan sopan merupakan kewajiban dalam menjaga etika berinteraksi.
(Budis)