Gerabah Sitiwinangun Cirebon: Warisan Budaya Tanah Liat yang Menari di Ujung Jari

Penulis: Aak

Gerabah Sitiwinangun Cirebon - Dok Pemkab Cirebon
Perajin Gerabah Sitiwinangun Kabupaten Cirebon (Dok Pemkab Cirebon)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

CIREBON, TEROPONGMEDIA.ID — Di tangan para pengrajin gerabah di Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, gumpalan tanah liat berubah menjadi mahakarya yang telah mengalirkan nafas budaya selama enam abad.

Gerabah Sitiwinangun, kerajinan tradisional khas Cirebon ini, bukan sekadar wadah rumah tangga melainkan saksi bisu perjalanan sejarah yang bermula sejak abad ke-15.

Desa yang dahulu bernama Padukuhan Kebagusan ini menyandang identitas barunya berkat Syekh Dinureja, ulama penyebar Islam yang mengajarkan seni mengolah tanah liat sambil menanamkan nilai-nilai spiritual.

Kini, setiap putaran hand wheel – teknik memutar gerabah dengan tangan – masih menyimpan kesabaran dan ketelitian warisan sang guru.

Kekuatan gerabah mereka terletak pada ritme jemari. Di bengkel-bengkel sederhana, tanah liat dipelintir, ditarik, dan diukir menjadi bentuk-bentuk fungsional: gentong penyimpan air, kendi penyegar haus, hingga teko dengan motif ulur bunga yang khas.

Setiap guratan bukan hanya hiasan, melainkan simbol persaudaraan yang diwariskan turun-temurun.

BACA JUGA

Sejarah Gerabah Kerajinan Tangan Sejak 10Ribu Tahun Saat Revolusi Neolitik

Bupati Cirebon Tanggapi Wacana Cirebon Bakal Jadi Daerah Istimewa: Harus Dikaji

Keunikan gerabah Sitiwangun Kabupaten Cirebon ini terpancar dari desain minimalis namun kokoh, di mana bentuk mengikuti fungsi tanpa mengabaikan estetika.

Motif-motif tradisionalnya bercerita tentang harmoni alam dan kehidupan agraris masyarakat Cirebon. Tak heran jika gerabah ini menjadi duta budaya yang memperkenalkan kekayaan lokal hingga ke pelosok Nusantara.

Bagi warga Sitiwinangun, gerabah adalah denyut nadi ekonomi sekaligus kebanggaan identitas. Setiap gentong yang mengering di terik matahari, setiap kendi yang dibakar dalam perapian, adalah fragmen hidup yang terus menghidupi keluarga dan melestarikan warisan leluhur – sebuah tarian abadi antara tanah, api, dan ketekunan manusia.

(Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Nok Nang Dermayu 2025 - Dok Pemkab Indramayu
Nok Nang Dermayu Siap Bersaing di Moka Jabar 2025
Pendanaan Konservasi Laut
Pemerintah Luncurkan Inovasi Pendanaan Kawasan Konservasi Laut Pertama di Dunia
BYD M6
Kiprah Manis BYD M6 Selama 1 Tahun di Indonesia, Laris karena ini!
Ikan Nila Sakti Cirebon - Dok Pemkab Cirebon
Nila Sakti, Ikon Baru yang Menghidupkan Geliat Perikanan Cirebon
32ec9c2ca3dd557e474e4e74820e7934
Vlad’s App dan Ambisi Rusia Membangun Kedaulatan Digital Nasional
Berita Lainnya

1

Mengawal Janji Konstitusi: Pendidikan Dasar Gratis Untuk Siapa?

2

Pattern Recognition dalam Psikologi Kognitif: Mekanisme, Fungsi, dan Faktor yang Mempengaruhinya

3

Coding dan AI: Senjata Belajar di Era Society 5.0

4

KDM Resmi Buka MTQH ke-39, Bupati Bandung: Terima Kasih Pak Gubernur Atas Kepercayaannya Sebagai Tuan Rumah

5

Jalan Rusak dan Keadilan Sosial: Ketika Aspal Bicara Tentang Infrastruktur Terabaikan
Headline
Piala Presiden 2025 Akan Digelar di Dua Stadion, Berikut Jadwal Lengkapnya 
Piala Presiden 2025 Akan Digelar di Dua Stadion, Berikut Jadwal Lengkapnya 
pemprov jabar utang BPJS Kesehatan
Ridwan Kamil Wariskan Utang BPJS Kesehatan Rp 300 M, Pemprov Jabar Kelabakan
PM Israel sebut Iran ingin bunuh donald trump
PM Israel Sebut Iran Ingin Bunuh Donald Trump
Gunung Gamalama Alami Peningkatan Aktivitas Kegempaan dengan Ancaman Bahaya Lontaran Material Kawah
Gunung Gamalama Alami Peningkatan Aktivitas Kegempaan dengan Ancaman Bahaya Lontaran Material Kawah

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.