BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Gempa bumi bermagnitudo 1,9 mengguncang wilayah Bandung pada Minggu, 3 Maret 2024. Guncangan kecil ini tercatat sebagai dampak dari aktivitas Sesar Lembang, salah satu sesar aktif paling berpotensi di Jawa Barat.
Meskipun tidak menimbulkan kerusakan maupun korban jiwa, kejadian ini menjadi peringatan dini atas potensi bencana yang lebih besar di masa mendatang.
Gempa tersebut memang tak dirasakan kuat oleh warga Bandung. Namun, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di kawasan Sesar Lembang yang dikenal aktif dan rawan gempa.
Koordinator Data dan Informasi BMKG Bandung, Virga Librian, menekankan kejadian ini menunjukkan kerentanan wilayah Bandung dan sekitarnya terhadap aktivitas tektonik yang masih terus berlangsung.
Sesar Lembang membentang sepanjang 29 kilometer, mulai dari wilayah Kabupaten Bandung Barat hingga Kabupaten Bandung. Jalur sesar ini melintasi sejumlah wilayah padat penduduk seperti Ngamprah, Cisarua, Parongpong, Lembang, Cimenyan, dan Cilengkrang.
Virga mengungkapkan hasil studi geodesi dari berbagai peneliti menunjukkan Sesar Lembang mengalami pergerakan horizontal (sinistral) setiap tahunnya, berkisar antara 1,95 hingga 14 milimeter.
Virga menegaskan gempa bumi sendiri tidak secara langsung menyebabkan kematian, melainkan dampak ikutan (collateral hazards) yang bisa memicu bencana sekunder hingga tersier.
“Dampak seperti kerusakan bangunan, tanah longsor, bahkan potensi kebakaran dan jebolnya bendungan adalah hal-hal yang perlu diantisipasi. Meskipun risiko likuifaksi tergolong rendah, efek sosial, ekonomi, hingga psikologis harus diperhitungkan,” ujar Virga, mengutip Republik, Jumat (13/6/2025).
Ia menambahkan, dalam skenario terburuk jika terjadi gempa dengan magnitudo 6,8 pada kedalaman 10 kilometer, dengan pusat di Cisarua dan Parongpong, maka wilayah Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kota Bandung, hingga Purwakarta dan Subang akan terdampak paling parah.
Dampak getaran pada skala Modified Mercalli Intensity (MMI) diperkirakan mencapai level 6 hingga 8 MMI, cukup kuat untuk merusak bangunan tidak tahan gempa, menimbulkan retakan struktural, dan mengganggu saluran air bersih.
Baca Juga:
Warga Bandung Raya Diimbau Waspada, Gempa Sesar Lembang Mengintai
Gempa Sesar Lembang Mengancam, BPBD Kabupaten Bandung Lakukan Ini
BMKG menekankan pentingnya langkah mitigasi bencana, mulai dari edukasi masyarakat, penguatan bangunan sesuai standar gempa, hingga kesiapsiagaan tim SAR dan petugas medis.
Dalam kondisi darurat, penggunaan alat pelindung diri (APD) juga diperlukan untuk mencegah penyebaran epidemi akibat korban meninggal dunia.
Virga juga mengingatkan faktor utama yang memengaruhi tingkat kerusakan akibat gempa meliputi magnitudo, kedalaman pusat gempa, jarak dari sumber, resonansi tanah, dan kualitas konstruksi bangunan.
(Virdiya/Budis)