BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Fenomena Aphelion jadi topik perbincangan hangat di media sosial akhir-akhir ini. Pasalnya fenomena ini dikaitkan dengan cuaca dingin di Pulau Jawa yang terjadi beberapa waktu ini. Lalu apa itu fenomena Aphelion yang jadi viral ini?
Kabar mengenai terjadinya fenomen Aphelion ini muncul pertama kali dalam salah satu unggahan di Facebook. Dalam narasi tersebut fenomena ini terjadi sejak Selasa (9/7/2024) dan akan terus berdampak sampai Agustus 2024 mendatang.
Terkait rumor fenomena yang beredar dan menggegerkan publik ini, Kominfo melalui laman resminya memastikan jika hal tersebut adalah hoaks. Lalu, apa itu fenomena Aphelion?
Fenomena Aphelion adalah salah satu kejadian astronomi yang berkaitan dengan jarak Bumi dan Matahari. BMKG menyebut jika fenomena ini terjadi saat jarak Bumi berada di titik terjauh dengan Matahari.
BMKG menyebut jika fenomena ini tidak memberikan dampak signifikan bagi Bumi. Fenomena ini biasanya terjadi di bulan Juli setiap tahunnya. Hal tersebut menyusul terjadinya Solstis atau perubahan titik balik Matahari yang terjadi di Juni 2024 lalu.
Lebih lanjut, fenomena ini dipastikan telah terjadi pada 5 Juli 2024 pada pukul 12.06 WIB. Saat fenomena ini terjadi, jarak dari pusat Bumi ke pusat Matahari adalah 152.099.969 kilometer.
BACA JUGA: BMKG Imbau Warga Bandung Waspadai Cuaca Ekstrem di Awal Kemarau
Sebelumnya, penyebab cuaca dingin di Pulau Jawa dikaitkan dengan fenomena Aphelion yang terjadi. Namun, akun twitter @zakiberkata menyebut jika cuaca yang dingin dari biasanya ini disebabkan oleh musim Bediding.
Matahari saat ini masih condong di belahan Bumi Utara akibat sumbu rotasi Bumi yg miring ±23,5° terhadap Matahari.
Belahan Bumi Utara yang relatif hangat membuat angin dari belahan Bumi Selatan
(Australia) yg mengalami musim dingin bergerak menuju Indonesia.Indonesia… pic.twitter.com/fN1Q9PC7b8
— Georitmus 🇮🇩 (@zakiberkata) July 15, 2024
Hal ini karena kemiringan sumbu Bumi sebesar 23,5 derajat yang ditandai dengan puncak paparan sinar Matahari maksimum di wilayah kutub utara dan paparan sinar Matahari minimum di wilayah kutub selatan.
(Kaje/Budis)