BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Menteri Kebudayaan, Fadli Zon mengatakan Kementerian Kebudayaan tengah melakukan pengawasan terhadap sejumlah lokasi yang dipandang memiliki nilai sejarah, namun terancam mengalami kerusakan akibat aktivitas pertambangan.
Melihat situasi tersebut, Kementerian Kebudayaan berencana ambil tindakan demi menjaga nilai sejarah dan ekosistem di lokasi-lokasi wisata alam tersebut.
Fadli Zon memaparkan situasi salah satu wisata alam yang bernilai sejarah, Goa Purba di Kalimantan Timur. Goa tersebut kini terancam karena adanya aktivitas pabrik semen di sekitarnya.
“Goa Sangkurilang itu, di kawasan itu ada sekitar 58 goa, ada 2.500 lukisan-lukisan purba yang umurnya sampai 40 ribu tahun. Nah di sekitaran situ ada pabrik semen, ini yang bisa mengancam karena itu mengambil satu sumber yang sama,” kata Fadli Zon dikutip Teropongmedia.
Baca Juga:
Bahlil Sebut Tambang Nikel di Raja Ampat Milik Anak Usaha Antam
Empat Perusahaan Tambang Nikel di Raja Ampat Langgar Aturan Lingkungan Hidup
Dia mengatakan bahwa goa tersebut merupakan salah satu cagar budaya di Indonesia. Sehingga, pengelolaannya dipantau secara intensif oleh pemerintah agar tidak rusak.
Fadli Zon mengaku bahwa pemantauan juga tengah dilakukan di sejumlah situs budaya daerah Sulawesi dan Pulau Kalimantan. Dia tak menampik banyaknya aktivitas di kedua provinsi itu yang bisa berdampak pada pelestarian situs kebudayaan.
“Kita juga memantau di beberapa titik, di Sulawesi, di Kalimantan, ada penambangan-penambangan Itu yang mengancam goa-goa purba yang di dalamnya ada lukisan-lukisan purba yang umurnya puluhan ribu tahun Ini juga sangat membahayakan,” ujar Fadli Zon.
Sebelumnya, Fadli Zon menyinggung upaya perlindungan yang sedang dilakukan terhadap Prasasti Cianten di Bogor, yang kini tergerus oleh aliran air. Dia menyebut saat ini pihaknya berencana memindahkan batu prasasti tersebut ke tempat yang lebih aman guna mencegah kerusakan lebih parah.
“Bahkan sekarang ini kita lagi mau memindahkan batu yang prasasti di Cianten. Supaya, kan ini tergerus juga oleh air, sehingga mungkin prasasti tulisannya itu semakin memudar,” ujarnya. (_usamah kustiawan)