JAKARTA,TM.ID: Kementerian Agama (Kemenag) telah membahas dana hibah Pendidikan Islam bersama lembaga Mitra Pendidikan Indonesia (MPI/LEG) di Jakarta, 13 Februari 2024 lalu.
Pertemuan tersebut fokus membahas tiga agenda, yaitu System Capacity Grant, Multiplier Grant Indonesia, dan Co-coordinating Agency.
Setidaknya ada 17 lembaga mitra yang hadir, yaitu:
- BSKAP Kemendikbudristek,
- GPE (Global Partnership for Education),
- Article 33 Indonesia,
- ADB,
- DFAT Australia,
- Islamic Development Bank (IsDB),
- JPPI,
- LP Ma’arif NU,
- Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah,
- Save The Children Indonesia,
- SMERU,
- Semua Murid Semua Guru,
- The World Bank,
- UK FCDO,
- UNICEF Indonesia,
- Yayasan Plan International Indonesia,
- PSPK.
BACA JUGA: Kemenag Luncurkan Terjemahkan Al-Quran dalam 26 Bahasa Daerah Indonesia
Adapun penjelasan dari ketiga agenda yang dibahas, sepetti dijelaskan berikut ini:
Pertama, System Capacity Grant, yaitu program dana hibah yang menjadi bagian dari Kesepakatan Pra Kesepakatan yang dijalankan UNICEF.
Tujuan dari System Capacity Grant yakni melakukan diagnostik bidang pendidikan setelah pelaksanaan program dengan anggaran $700.000.
Kedua, Multiplier Grant Indonesia, yaitu jumlah bantuan dana yang bisa diakses dari program GPE sebesar $50 juta untuk mendukung pelaksanaan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Ketiga, Co-coordinating Agency,yaitu lembaga yang dibentuk oleh anggota MPI sebagai badan penghubung atau koordinasi program antara coordinator yaitu Kemedikbud dan Kemenag.
Dirjen Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, jejaring pendidikan dilakukan sebagai ikhtiar membangun peradaban.
Semua pembangunan baik itu pembangunan infastruktural, pembangunan ekonomi ataupun lainnya boleh jadi akan sia-sia kalau pembangunan pendidikan terhenti.
“Kita memahami bahwa pendidikan adalah hal yang paling substantif sehingga kita menyambut baik keinginan bersama untuk melakukan upaya-upaya peningkatan kapasitas dari siswa melalui GPE yang hari ini akan dilakukan pembahansan dimana tahun lalu kita telah melakukan diskusi yang kaya akan gagasan-gagasan yang inovatif dan implementatif,” ungkap Muhammad Ali Ramdhani, dalam keterangannya.
Hadir juga, Adindito Aditomo (Kepala Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek), Rohmat Mulyana Sapdi (Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam) Suhadi (Sekretaris Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan).
Selanjutnya Ali Ramdhani mengatakan, kekuatan MPI dengan lembaga-lembaga yang mempunyai consern kuat dalam bidang pendidikan harus bergandengan tangan.
Rapat digelar untuk mengingatkan kembali komitmen bersama yang telah dibangun dalam upaya menghadirkan layanan pendidikan yang terbaik.
Pendidikan yang diharapkan bukan hanya memberikan dampak kecerdasan semata tetapi juga dampak-dampak yang lain.
Ali menegaskan bahwa dirinya menerima amanat dari Menteri Agama RI, bahwa madrasah tidak hanya menjadi wahana pendidikan tetapi juga bisa memitigasi persoalan kemasyarakatan.
“Hadirnya madrasah jangan sampai menjadi menara gading yang indah dan elok hanya di pelupuk mata tetapi juga menjadi mercusuar untuk menerangi kegelapan malam,” tegasnya.
Saat ini, jelas dia, telah disusun partnership compact sebagai pegangan dan acuan bersama, tetapi dokumen akan menjadi sekedar dokumen, jika tanpa tautan hati.
(Aak)