KUNINGAN, TEROPONGMEDIA.ID — Masyarakat Desa Luragung Landeuh, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, memiliki tradisi unik bernama Cingcowong, sebuah ritual memohon hujan yang telah berlangsung turun-temurun.
Ritual ini mencerminkan ketergantungan manusia terhadap alam, khususnya kebutuhan akan air sebagai sumber kehidupan utama.
Mengutip laman Kemendikbud, antropolog Kusnadi (2001) menjelaskan, Cingcowong merupakan seni ritual yang menggunakan boneka berbentuk perempuan cantik sebagai media penghubung dengan dunia gaib.
Boneka ini diiringi oleh alat musik tradisional berupa buyung (kendi tanah liat) dan bokor (wadah logam).
Asal usul nama Cingcowong memiliki beberapa penafsiran. Dalam bahasa Sunda, “cing” berarti “coba” atau “teguh”, sementara “cowong” dapat berarti “berbicara keras” atau merupakan kependekan dari “wong” (orang dalam bahasa Jawa). Secara harfiah dapat diartikan sebagai “coba terka siapa orang ini”.
Berbeda dengan tradisi minta hujan lain yang menggunakan makhluk hidup seperti kucing, Cingcowong memanfaatkan boneka khusus.
Kepalanya terbuat dari batok kelapa, sedangkan badannya menggunakan bubu ikan. Ritual ini dipimpin oleh seorang punduh – ahli spiritual yang diyakini mampu berkomunikasi dengan makhluk gaib.
Pelaksanaan ritual Cingcowong melibatkan berbagai perlengkapan, seperti:
- Boneka Cingcowong sebagai media utama
- Taraje (tangga bambu) dan samak (tikar)
- Sisir dan cermin
- Air dan bunga kemboja
- Berbagai sesajian seperti telur asin, kopi, dan tumpeng kecil
BACA JUGA
Proses ritual dimulai dengan alunan musik dari buyung dan bokor, diiringi nyanyian sinden. Boneka Cingcowong kemudian digerakkan di atas tangga bambu oleh punduh dan asistennya. Gerakan boneka yang semakin liar dianggap sebagai tanda kemasukan roh gaib.
Seiring perkembangan zaman, Cingcowong telah bertransformasi dari ritual sakral menjadi seni pertunjukan.
Perubahan ini dilakukan sebagai upaya pelestarian budaya di tengah perubahan sosial masyarakat. Kini, tari Cingcowong kerap ditampilkan sebagai hiburan rakyat sekaligus pengingat akan kearifan lokal masa lalu.
Transformasi ritual Cingcowong dari ritual ke seni pertunjukan menunjukkan proses adaptasi budaya. Nilai-nilai tradisi tetap hidup, tetapi dalam bentuk yang lebih sesuai dengan zaman.
(Aak)