BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Khamzat Chimaev, sang predator tak terkalahkan dari UFC, kini berdiri di ambang dua jalan ekstrem: kejayaan puncak sebagai juara dunia, atau pensiun dini dari arena oktagon.
Menjelang pertarungan perebutan sabuk kelas menengah melawan Dricus Du Plessis di UFC 319 pada 17 Agustus 2025, masa depan Chimaev diliputi kabut ketidakpastian.
Rekor sempurna 6-0 di UFC dan kemenangan atas nama-nama besar seperti Gilbert Burns, Kevin Holland, Kamaru Usman, dan terakhir Robert Whittaker, membuatnya difavoritkan.
Namun, pertanyaan besar kini bukan lagi soal apakah Chimaev bisa menang, melainkan, apakah ia akan tetap bertarung setelahnya.
“Saya dengar dari beberapa orang, kalau dia menang dan dapat sabuk, dia akan pensiun,” kata Caio Borralho, sesama petarung kelas menengah UFC kepada Give Me Sport.
“Saya tidak yakin apakah saya percaya atau tidak, tapi memang ada tekanan besar pada dirinya, masalah kesehatan, juga tekanan dari negaranya,” lanjutnya.
Chimaev bukan sekadar petarung biasa. Sejak menapaki arena UFC pada Juli 2020, ia langsung menyita perhatian dunia.
Ia bertarung dua kali hanya dalam waktu 10 hari dan memenangkan keduanya dengan dominasi brutal. Dua bonus Performance of the Night diraih secara berturut-turut, membuat namanya melambung cepat.
Baca Juga:
KO Cepat di UFC 316, Jeka Saragih Disanksi Medis
Namun karier Chimaev juga bukan tanpa bayangan kelam. Covid-19 pada 2021 membuatnya sempat mengumumkan pensiun dini, mengaku kesehatannya terganggu.
Meski akhirnya kembali dan membantai Li Jingliang dengan teknik rear-naked choke di ronde pertama, keraguan tentang daya tahannya terus menghantui.
Kini, di usia 31 tahun dan di puncak karier, Chimaev justru disebut-sebut akan mengakhiri perjalanannya jika berhasil menjadi juara UFC.
Tak sedikit yang melihat kemungkinan itu bukan isapan jempol. Chimaev dikenal bukan hanya karena kekuatan fisik dan teknik bertarung, tapi juga karena kepribadiannya yang kompleks dan tekanan yang ia hadapi dari berbagai sisi.
“Dia bukan tipe petarung yang hanya ingin bertarung demi uang atau ketenaran. Chimaev bertarung untuk sesuatu yang lebih personal, lebih emosional. Dan itu bisa sangat menguras,”ucap seorang analis UFC.
Bila Chimaev benar-benar mundur usai memenangkan sabuk melawan Du Plessis, itu akan menjadi salah satu pensiun paling mengejutkan dan penuh perdebatan dalam sejarah UFC, petarung yang naik ke puncak lalu pergi saat tak tersentuh.
(Budis)