BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – BMKG kembali mengingatkan masyarakat tentang potensi gempa megathrust di Indonesia yang dapat memicu tsunami besar.
Menurut BMKG, dua zona megathrust di Indonesia, yaitu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, memiliki potensi gempa besar dengan magnitudo 8,7 dan 8,9.
“Kedua wilayah ini sudah lama tidak melepaskan energi tektoniknya, yang menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya seismic gap, di mana lempeng bumi yang terus menumpuk energi dapat menyebabkan gempa besar sewaktu-waktu,” ungkap Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, dikutip Rabu (14/8/2024).
Gempa megathrust adalah gempa yang bersumber dari pertemuan lempeng tektonik di zona subduksi, di mana lempeng samudra masuk ke bawah lempeng benua, menyebabkan tekanan besar.
Ketika tekanan ini dilepaskan secara tiba-tiba, gempa besar terjadi, terutama di wilayah laut, yang bisa memicu tsunami. Sejumlah zona megathrust di Indonesia sudah tercatat dalam sejarah sebagai penyebab gempa dahsyat, seperti di Selat Sunda pada 1699 dan 1780 serta di Mentawai pada 1797 dan 1833.
Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Tahun 2017, Indonesia memiliki 13 zona megathrust yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga Laut Banda. Beberapa di antaranya adalah:
- Megathrust Andaman-Sumatra: Potensi magnitudo 9,2
- Megathrust Nias-Simeulue: Potensi magnitudo 8,9
- Megathrust Mentawai-Siberut: Potensi magnitudo 8,7
- Megathrust Selat Sunda-Banten: Potensi magnitudo 8,8
- Megathrust Jawa Barat: Potensi magnitudo 8,8
- Megathrust Bali: Potensi magnitudo 9,0
- Megathrust NTT: Potensi magnitudo 8,7
Potensi gempa megathrust di wilayah-wilayah ini mengharuskan masyarakat dan pemerintah untuk terus meningkatkan upaya mitigasi bencana.
BMKG telah mengembangkan sistem peringatan dini gempa dan tsunami, Ina TEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), untuk memonitor aktivitas tektonik dan memberikan peringatan secepat mungkin.
Selain itu, BMKG telah melakukan edukasi dan pelatihan mitigasi bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa dan tsunami, termasuk kawasan pantai, pelabuhan, dan bandara pantai.
“Melalui upaya ini, BMKG berharap dapat menekan dampak bencana dan meminimalkan korban jiwa jika gempa megathrust terjadi,” tukas Daryono.
(Budis)