BKKBN Sebut Angka Kasus Perceraian Tinggi di Indonesia Akibat Toxic People!

Penulis: Anisa

kasus perceraian
(Antara)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG,TM.ID: Kasus perceraian yang ada di Indonesia terus saja meningkat sejak tahun 2015. Terdapat 447.743 kasus pada 2021 dan semakin melonjak 15% jadi 516.334 kasus sepanjang 2022.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menyebut, tingginya angka perceraian di Indonesia ini memberi dampak yang sangat buruk pada orang lain atau biasa disebut toxic people. Terutama dari pihak paling dekat yaitu keluarga.

“Angka perceraian tinggi karena banyak keluarga asalnya adalah orang toksik bertemu orang waras, orang waras bertemu orang toksik, atau orang toksik bertemu yang toksik juga. Akhirnya, berkelahi terus dan terjadilah perceraian,” ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (28/10).

Menurut Hasto, pendidikan keluarga dengan pendekatan sangat penting dilakukan untuk menekan angka kasus perceraian. Dia juga mengingatkan, pembangunan keluarga merupakan fondasi utama kemajuan bangsa.

BKKBN mengartikan sebagai upaya untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dan hidup di lingkungan yang sehat.

BACA JUGA: Waspada, Ini Hal yang Mendasari Terjadinya Kasus Perceraian

“Caranya banyak sekali dan kebijakannya itu dengan membangun ketahanan keluarga. Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan serius, di mana tahun 2030 harus terlampaui dengan baik: tidak ada yang kelaparan, tidak ada yang miskin ekstrem, stunting-nya harus sudah turun jauh, dan pendidikannya harus bagus,” tuturnya.

Dia juga menambahkan, stunting dipengaruhi berbagai faktor. Namun, yang paling besar akibat pernikahan terlalu muda/tua, terlalu dekat jarak ibu melahirkan, dan terlalu banyak anak.

“Stunting itu menjadi momok bagi bangsa karena pendapatan orang stunting 20% lebih rendah dibandingkan yang tidak stunting. Sehingga, kalau kita ingin keluar dari pendapatan kelas menengah untuk menuju Indonesia emas, berat sekali kalau stunting-nya terlalu banyak,” katanya.

Pemberian air susu ibu (ASI) juga memberikan peranan penting bagi tumbuh kembang anak. Sayangnya, pemberian ASI eksklusif atau hingga bayi berumur 6 bulan tanpa minuman/makanan lain masih di bawah 70%.

 

(Kaje/Usamah)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Kebon Pala
Kali Ciliwung Meluap, Warga Kebon Pala Terendam Banjir dan Dievakuasi ke SD
PBSI Bisa Apa
Tontowi Ahmad Kritik Keras Pemain PBSI: Jangan Jadikan Kontrak Sebagai Tameng
johann-zarco-takaaki-nakagami-lcr-honda-presentation-silverstone-motogp-2024
Zarco Merasa Terjebak, Motor Honda Tak Lagi Memberi Harapan
Badak Jawa - Instagram BTN Ujung Kulon
Varietas Genetik Turun, Badak Jawa Ujung Kulon Ditranslokasi
Hyundai stargazer terbaru
Hyundai Siap Bawa Mobil Baru ke Indonesia, Stargezer Terbaru Siap Bikin Rival Panas Dingin?
Berita Lainnya

1

Link Live Streaming Persib Bandung vs Port FC Piala Presiden 2025 Selain Yalla Shoot

2

The Klan Unity, Puncak Acara 37th Bikers Brotherhood 1%MC Indonesia

3

Remu Suzumori Masuk Daftar 7 Aktris Paling Sukses di Jepang

4

Groundbreaking Masjid Jami Soeprapto Soeparno, Hadirkan Pusat Spiritual dan Sosial Modern di Jakarta Timur

5

Aston Martin Fokus Bangun Era Baru Bersama Alonso dan Stroll, Bukan Cari Pebalap Baru
Headline
oasis adidas
Konser Reuni Oasis Berhasil, Tapi Kolaborasi dengan Adidas Banjir Kritik dan Drama!
Banjir Longsor Bogor - Instagram Bupati Bogor
18 Kecamatan di Bogor Terdampak Banjir dan Longsor, 3 Tewas
Real Madrid
Taklukkan Dortmund 3-2, Real Madrid Melaju ke Semifinal Piala Dunia Antarklub 2025
Tokoh OPM Enos Tipagau Berhasil Dilumpuhkan TNI
Tokoh OPM Enos Tipagau Berhasil Dilumpuhkan TNI

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.