BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Indonesia berencana untuk mengembangkan pemanfaatan energi gelombang laut sebagai bagian dari strategi transisi energi. Hal ini tertuang dalam dokumen RUPTL PLN 2025-2034.
Langkah tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi dalam acara Human Capital Summit 2025 di Jakarta, Rabu (4/6/2025).
“Ini baru pertama di RUPTL terpasang, tertulis potensi untuk ocean energy development atau pengembangan arus laut mau di permukaan atau mau di tengah, mau di dasar. Intinya kita buka, open,” katanya.
Eniya mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi mencapai 63 GW (gigawatt) yang bersumber dari pemanfaatan laut Indonesia. Namun ia menyampaikan bahwa potensi ini belum termanfaatkan sama sekali hingga tahun 2025.
Indonesia pun mulai melirik potensi tersebut dan menuangkannya dalam RUPTL 2025-2034. Pemerintah menetapkan target pemanfaatan energi dari gelombang laut sebesar 0,04 GW atau 40 MW.
Lokasi pengembangan pemanfaatan energi gelombang laut tersebut rencananya akan berada di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Ini sudah ada di beberapa studi yang kita join dengan Maryland University US itu join untuk feasibility study ini. Mudah-mudahan ini bisa terlaksana,” tambahnya.
Proyek ini ditargetkan beroperasi pada tahun 2028 mendatang dengan masing-masing wilayah akan memiliki pasokan yakni hingga 20 MW.
“Saat ini ditargetkan beroperasi 2028 sebesar 40 megawatt di NTT dan NTB, memang potensinya ada di sana paling deras arusnya,” ungkap Eniya.
Baca Juga:
Tingkatkan Bauran EBT hingga 2034, PLN Siap Jalankan RUPTL Terhijau Sepanjang Sejarah
Bahlil Umumkan RUPTL PLN 2025-2034, Tambah Pembangkit Listrik 69,5 GW
Sebagai informasi, Indonesia baru saja merilis Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) Tahun 2025-2034 pada akhir mei lalu.
Dalam RUPTL ini, Indonesia menargetkan akan ada penambahan pembangkit tenaga Listrik sebesar 69,5 Gigawatt (GW).
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan, 76 persen dari total kapasitas pembangkit akan berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT) dan sistem penyimpanan energi seperti baterai dan pumped storage.
Komposisi pembangkit EBT berkontibusi sebesar 42,6 GW yang dihasilkan dari tenaga surya, air, angin, panas bumi, bioenergi dan Nuklir. Kemudian 10,3 GW berasal dari storage dengan komposisi yakni baterai dan PLTA Pumped Storage.
Sedangkan tambahan pembangkit listrik yang berasal dari sumber daya fosil, seperti gas dan batu bara menyumbang sebanyak 24 persen.
Dokumen RUPTL PLN 2025-2034 ini merupakan komitmen konkret pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan listrik yang andal, berkelanjutan, dan berbasis energi bersih.
(Raidi/_Usk)