BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kecamatan Bandung Kulon dikenal sebagai wilayah dengan dinamika sosial-ekonomi yang tinggi. Berbatasan langsung dengan Kota Cimahi, kawasan ini kerap dihadapkan pada beragam persoalan, mulai dari pengelolaan sampah, penataan pedagang kaki lima (PKL), hingga pemberdayaan pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM).
Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Kecamatan Bandung Kulon, Ferry Yoga, mengaku kompleksitas permasalahan justru menjadi tantangan sekaligus peluang. Pihaknya memilih menerapkan pendekatan berbasis data, dialogis, serta melibatkan partisipasi masyarakat.
“Orang sering bilang Bandung Kulon ini unik karena masalahnya beragam. Tapi setelah kami turun langsung ke lapangan, berinteraksi dengan warga, pola dan kebutuhan mulai bisa dipetakan dengan jelas,” kata Ferry, Rabu (24/9/2025).
Salah satu isu utama di Bandung Kulon adalah produksi sampah harian yang mencapai 83 ton. Untuk mengatasinya, kecamatan menghadirkan teknologi pengolahan sampah Motah.
Baca Juga:
Gunungan Sampah di TPA Seluruh Indonesia Capai 1,7 Miliar Ton, Pemerintah Siapkan Teknologi WTE
Pengelola Pasar Caringin Tolak Solusi Pemkot Bandung Terkait Sampah
“Setiap mesin Motah bisa mengolah 16 ton sampah per hari. Saat ini sudah ada tiga unit aktif, jadi total 48 ton sampah bisa dikelola setiap harinya,” ucapnya.
Selain Motah, wilayah ini juga memanfaatkan metode budidaya maggot dan komposting konvensional. Dengan kombinasi tersebut, pengelolaan sampah Bandung Kulon sudah mencapai sekitar 68 persen dari total produksi harian. Ferry berharap tambahan dua unit Motah bisa mendorong capaian hingga menuju nol sampah.
Isu lain yang tak kalah penting adalah penataan PKL. Bandung Kulon memilih jalan dialogis ketimbang represif.
“Kami berhasil menata 48 pedagang di salah satu titik tanpa konflik. Bahkan sebagian pedagang rela membongkar lapaknya sendiri karena menyadari pentingnya penataan,” ujarnya.
Selain ketertiban dan kebersihan, kecamatan juga mendorong penguatan ekonomi warga. Produk UMKM seperti kerajinan, kain, hingga makanan olahan mendapat pendampingan agar bisa naik kelas.
“Kami ingin Bandung Kulon tidak hanya bersih dan tertib, tapi juga produktif. Potensi UMKM di sini besar dan harus terus dikembangkan,” ungkapnya.
Menurutnya, keberhasilan berbagai program tersebut tak lepas dari sinergi pemerintah, warga, dan pelaku usaha lokal.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Semua capaian ini hasil kerja bersama. Harapannya, Bandung Kulon bisa jadi contoh wilayah yang lebih tertib, bersih, sekaligus sejahtera,” pungkasnya.
(Kyy/_Usk)