JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menerima kunjungan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, untuk membahas konflik Ukraina dan Rusia yang berlangsung di Ruang Oval, Gedung Putih, Jumat (28/2/2025).
Namun, pertemuan itu berujung menjadi perdebatan, lantaran bermula dari kritik tajam yang dilontarkan Zelenskyy kepada Moscow.
Memuat Al Jazeera, awalnya pertemuan itu cukup formal dan berlangsung sopan pada 23 menit pertama. Akan tetapi, ketegangan mulai muncul setelah Zelenskyy menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin adalah agresor yang tidak hanya membenci Ukraina, tetapi juga ingin menghancurkan negara tersebut.
Ia menegaskan, agresi dari Moskow terhadap Kyiv merupakan bukti nyata dari ambisi destruktif Putin terhadap kedaulatan Ukraina.
Ketegangan semakin menguat ketika Presiden Rusia tersebut melontarkan kritik yang tajam terhadap Putin, yang membuat Trump terlihat tersinggung.
“Sangat mudah untuk berbicara buruk tentang seseorang, tetapi saya ingin menyelesaikan masalah ini, bukan hanya berbicara,” ujar Trump dengan nada mengejek, menanggapi pernyataan keras Zelenskyy.
BACA JUGA:
Adu Mulut Zelenskyy dan Trump, Rusia: Mengigit Tangan Pemberi Makan!
Momen Joe Biden Salah Sebut Zelenskyy sebagai Putin di KTT NATO
Zelenskyy dengan tegas mempertahankan sikapnya, bahwa Putin menjadi awal konflik Moscow dan Kyiv . Namun, Trump membantah klaim tersebut dan bahkan menyiratkan bahwa Ukraina turut berperan dalam kehancuran yang terjadi di negara tersebut.
Trump, yang terlihat masih memiliki relasi cukup dekat dengan Rusia, membela Putin dengan menyatakan bahwa mereka telah melakukan “diskusi yang sangat baik” dan bahwa perang ini akan segera berakhir.
Dalam pertemuan tersebut, Trump bahkan menyebutkan bahwa Putin adalah korban dari “hoaks Rusia” terkait pemilu AS 2016.
Zelenskyy, yang menanggapi dengan tuduhan bahwa Putin menyebarkan pemberitaan miring mengenai perang di Ukraina, berupaya membuktikan bahwa Putin tidak bisa dipercaya dalam proses negosiasi perdamaian.
Justru, Trump malah menuding Zelenskyy memiliki kebencian terhadap Putin, menyebutnya sebagai penghambat bagi tercapainya kesepakatan damai.
“Kalian lihat sendiri betapa bencinya dia terhadap Putin. Sulit untuk mencapai kesepakatan dengan kebencian seperti itu,” ujar Trump dengan tegas.
Wakil Presiden AS, JD Vance, turut terlibat daalam perdebatan pana itu dan menyalahkan pemerintahan Presiden Joe Biden atas terjadinya ketegangan Rusia dan Ukraina.
Namun, Zelenskyy menuding seluruh masalah ini berakar pada Putin jika itu tidak melanggar perjanjian sebelumnya.
Vance, yang terlibat dalam perdebatan itu, menuduh Zelenskyy tidak sopan karena berdebat di depan media AS, yang langsung memicu reaksi keras dari Trump.
“Kamu harus bersyukur. Kamu dalam posisi sulit. Rakyatmu sekarat. Tentaramu hampir habis,” ujar Trump dengan nada tinggi dan penuh ketegasan.
Pertemuan Berakhir Tanpa Kesepakatan
Diskusi mereka pun semakin bergejolak, hingga akhirnya Trump mengusir Zelenskyy dari Gedung Putih. Trump menyatakan bahwa Ukraina belum siap untuk perdamaian, dan tidak ada kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan tersebut. Pertemuan ini meninggalkan masa depan hubungan AS-Ukraina dalam ketidakpastian yang besar.
Meski pertemuan tersebut berakhir dengan ketegangan, Zelenskyy tetap menegaskan komitmen negaranya untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi.
Melalui akun X, Zelenskyy menyampaikan terima kasih kepada Amerika Serikat atas dukungannya, sambil menekankan bahwa Ukraina tetap menginginkan perdamaian yang tidak hanya mengakhiri perang, tetapi juga menjamin keadilan bagi rakyat Ukraina.
(Saepul/Aak)