BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Fenomena budaya asal viral di kalangan anak muda saat ini merupakan hal yang patut mendapat perhatian serius. Di tengah kemudahan mengakses dan menggunakan media sosial, tidak sedikit anak muda yang terjebak dalam pola pikir bahwa popularitas adalah segalanya. Akibatnya, banyak konten yang dibuat tanpa mempertimbangkan nilai etika, kebenaran informasi, maupun dampak terhadap orang lain.
Budaya ini menciptakan tekanan sosial tersendiri bagi pengguna muda di dunia digital. Demi terlihat menarik atau mendapatkan validasi, beberapa orang rela menyebarkan hoaks, mempermalukan orang lain bahkan melakukan aksi ekstrem yang sebenarnya tidak pantas. Hal ini tidak hanya merusak citra pribadi tetapi juga dapat membahayakan orang lain serta memperburuk kualitas ruang digital kita.
Baca Juga:
Bukti Rekaman Viral, Bantahan Nathalie Holscher Soal Sindiran Kini Dipertanyakan
Viral! Sejoli Gelap-gelapan Diduga Mesum di Kawasan Stadion Pakansari
Saya meyakini bahwa menjadi terkenal bukanlah tujuan utama dalam bermedia sosial tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan nilai-nilai positif, informasi yang benar serta membangun komunitas yang sehat dan saling menghargai. Anak muda memiliki peran strategis sebagai agen perubahan digital dan hal tersebut seharusnya dimulai dari sikap bijak dalam membuat dan membagikan konten.
Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa sudah saatnya anak muda berani mengambil sikap lebih mengutamakan asal benar daripada asal viral. Dengan meningkatkan literasi digital, membangun kesadaran etis serta berpikir kritis sebelum menyebarkan informasi karena kita bisa menciptakan lingkungan media sosial yang lebih bertanggung jawab dan bermanfaat bagi semua.
Penulis:
Lilis Siti Setiawati
Jurusan, Ilmu Komunikasi, Bhakti Kencana University