TASIKMALAYA, TEROPONGMEDIA.ID — Di antara berbagai jenis angklung di Jawa Barat, Angklung Sered Balandongan dari Kabupaten Tasikmalaya, memiliki keunikan tersendiri.
Mengutip Jurnal Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), berbeda dengan angklung pada umumnya yang berfungsi sebagai sarana ritual, angklung ini justru berkembang menjadi pertunjukan adu kekuatan fisik.
Menurut budayawan Agus (30/9/2018), awalnya angklung ini hanya digunakan sebagai “tangara” (alat bunyi-bunyian), kemudian berubah menjadi “kalangenan” (permainan), sebelum akhirnya menjadi ajang adu kekuatan.
Para pemain saling mendorong (silih sered) sambil memainkan angklung, dengan bagian tubuh seperti betis, lengan, dan bahu sebagai media adu kekuatan.
Angklung: Nilai Kebersamaan
Berdasarkan penelitian Suhada dan tim (2009), angklung secara tradisional dimainkan sebagai bagian dari ritual pemujaan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dalam kepercayaan masyarakat Sunda.
Keunikan alat musik ini terletak pada sifat kolaboratifnya yang menuntut kerjasama antar pemain, mengedepankan nilai-nilai seperti:
- Rasa saling menghormati
- Kedisiplinan bersama
- Tanggung jawab kolektif
- Konsentrasi yang terjaga
- Pengembangan imajinasi dan daya ingat
- Ekspresi artistik yang harmonis
Menurut Soepandi (1974), Jawa Barat memiliki beragam jenis angklung dengan karakteristik unik masing-masing, antara lain:
- Angklung Baduy (Kanekes)
- Angklung Gubrag (Bogor)
- Angklung Buncis
- Angklung Dogdog Lojor
- Angklung Badeng
- Angklung Badud
- Angklung Sered
Serta berbagai varian lainnya yang memperkaya khazanah budaya Sunda. Setiap jenis angklung tersebut memiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda dalam masyarakat.
BACA JUGA
Genjring Umbul: Seni Akrobat Langka dari Indramayu
Kesenian Gembyung: Warisan Budaya Tradisional Kabupaten Subang
Upaya Pelestarian Angklung Sered yang Berjalan Lambat
Sejak tahun 1990-an, sejumlah seniman mulai meneliti dan mengembangkan kesenian ini. Pada 1995, Angklung Sered Balandongan mulai diperkenalkan melalui ekstrakurikuler di beberapa sekolah di Tasikmalaya, mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi.
Namun, penerapannya tidak merata. Hanya segelintir sekolah yang memandang angklung ini sebagai identitas budaya lokal yang perlu dilestarikan.
Akibatnya, banyak masyarakat Tasikmalaya yang bahkan tidak mengetahui keberadaan Angklung Sered Balandongan.
Upaya pelestarian terus dilakukan, meski menghadapi tantangan minimnya minat generasi muda dan terbatasnya sekolah yang menyediakan ekstrakurikuler ini.
Angklung Sered Balandongan tetap menjadi warisan budaya yang patut dijaga sebelum benar-benar punah.
(Aak)