BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Dua mahasiswa Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada (UGM), Afkaar Nabil Falah dan Nurima Setianingrum, sukses menyabet Juara I dalam kompetisi nasional SOCIUS 2025 (Sociology Champion Unesa) yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya.
Kemenangan ini diraih berkat karya ilmiah berjudul “Publik di antara Negara dan Pasar: Perjuangan Driver Ojek Online Perempuan dalam Kerentanan yang Berlapis dan Berkelanjutan.” Penelitian tersebut mengangkat realitas kehidupan perempuan pengemudi ojek online, khususnya di wilayah Yogyakarta, yang kerap menghadapi tantangan sosial dan struktural yang kompleks.
“Fleksibilitas kerja di era digital sering kali dianggap solusi untuk perempuan. Namun kenyataannya, mereka justru menghadapi kerentanan baru, baik secara ekonomi, sosial, maupun psikologis,” ungkap Afkaar, melansir UGM.
Dalam penelitian tersebut, Afkaar dan Nurima menyoroti persoalan ketidakpastian pendapatan, potongan komisi dari platform, serta beban ganda yang dipikul para perempuan sebagai pekerja sekaligus pengurus rumah tangga. Selain itu, mereka juga rentan terhadap pelecehan di jalan dan minimnya perlindungan sosial dari negara maupun perusahaan aplikator.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, hingga analisis tematik. Mereka mewawancarai dua informan utama: seorang ibu rumah tangga yang bekerja bersama suaminya sebagai pengemudi, serta seorang ibu tunggal yang juga merawat orang tuanya.
“Kami menggunakan teknik purposive dan snowball sampling, serta melakukan transkrip verbatim dan coding tematik,” jelas Nurima.
Hasil riset menunjukkan bahwa ruang kerja digital bukanlah ruang netral. Perempuan pengemudi ojek online berada dalam posisi terjepit antara negara yang absen dan pasar yang eksploitatif.
“Ketika negara tidak hadir dan perusahaan hanya mengedepankan logika pasar, posisi mereka sangat rentan,” tegas Afkaar.
Meski begitu, di tengah berbagai keterbatasan, muncul solidaritas sosial yang kuat. Para pengemudi perempuan membentuk komunitas seperti Srikandi dan Keluarga Gojek Merah Putih (KGMP) sebagai ruang aman untuk saling membantu dan berbagi informasi.
“Komunitas ini menjadi ruang publik alternatif di mana mereka bisa merasa didengar dan saling menguatkan,” lanjutnya.
Secara teoritis, riset ini mengacu pada pemikiran B. Herry Priyono tentang ruang publik, serta konsep prekariat dari Guy Standing dan A.B. Widyanta. Temuan ini menegaskan bahwa para pengemudi perempuan merupakan bagian dari kelas pekerja baru yang hidup dalam ketidakpastian tanpa perlindungan hukum.
Afkaar dan Nurima berharap riset mereka dapat menjadi rujukan bagi pemerintah dan perusahaan aplikasi dalam menyusun kebijakan yang lebih adil.
“Kami ingin hasil penelitian ini mendorong lahirnya kebijakan yang berpihak kepada kelompok rentan, bukan hanya mengejar efisiensi ekonomi,” kata Afkaar.
Baca Juga:
Lebih dari sekadar karya akademik, keduanya menganggap penelitian ini sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan perempuan di sektor informal digital.
“Kami merasa terhormat dapat menyuarakan kisah mereka. Ini adalah bagian dari perjuangan mewujudkan keadilan sosial di era digital,” tutup Afkaar.
(Virdiya/Budis)